PENGARUH
KEGIATAN KAJIAN KITAB KLASIK (K3) TERHADAP PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKIDAH
AHLAK KURIKULUM 2013 KEAGAMAAN DI MAN BANGIL
Oleh:
Dian
Wijayanti. NIS/NISN : 5521.9985393288
Usman
Hadi Saputra. NIS/NISN : 5615.9988352567
MADRASAH ALIYAH NEGERI BANGIL
Jl. Balai Desa Glanggang No. 3A Beji Pasuruan
KATA PENGANTAR
alhamdulillah segala puji-syukur penulis panjatkan kehadirat allah
swt. karena berkat petunjuknya, makalah yang berjudul ‘’pengaruh
kegiatan kajian kitab klasik (K3) terhadap pemahaman mata pelajaran akidah
ahlak kurikulum 2013 keagamaan
di MAN
BANGIL”dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.
sholawat
dan salam tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad saw. yang telah menuntun kita
dari zaman kebodohan ke jalan yang penuh dengan cahaya ilmu pengetahuan.
penulisan
makalah ini ditujukan untuk mengikuti lomba karya ilmiah MA Tingkat Nasional
Dengan
selesainya makalah ini, disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.
Drs.H.Moh.Alfan Makmur,M.M. Selaku kepala madrasah.
2.
Ibu
Dwi Yuniati, S.Pd,selaku pembimbing dan
3.
Semua
pihak yang ikut membantu selesainya makalah ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
diperlukan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Abstrak
Kegiatan
kajian kitab klasik (K3) adalah kegiatan syiar agama melalui kitab klasik
sebagai sarana pemebelajaran yang dilakukan di MAN BANGIL setiap hari jum’at
ketika dilangsungkannya shalat jum’at. Adaupun materi yang disampaikan pada
kegiatan K3 adalah materi pelajara akidah akhlaq yang meliputi adab terhadap
orangtua, guru rasul, dan lain sebagainya. Kegiatan ini menimbulkan masalah
apakah kegiatan ini menimbulkan masalah apakah kegiatan ini akan meningkatkan
pemahaman siswi akan mata pelajaran akidah akhlaq. Akhirnya masalah ini di
tulis dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswi akan materi
pelajaran akidah akhlaq kurikulum 2013 keagamaan setelah diadakannya kegiatan
K3. Berdasarkan data yang diperoleh dari metode wawancara dan angket yang
disebarkan ke beberapa siswi, guru, mata pelajaran akidah akhlaq, dan ustadzah,
diperoleh datahampir seluruh siswi MAN BANGIL mengetahui kegiatan K3 dan
menyetujui kegiatan K3 yang ada di MAN BANGIL. Mereka merasakan ada perubahan
yang dialami siswi setelah diadakannya K3. Misalnya, siswi terlebih dahulu
memahami materi pelajaran akidah akhlaq dan lebih menguasai pelajaran, sehingga
segala materi yang disampaikan guru mata pelajaran dapat di terima dengan baik
oleh siswi. Sampai dengan saat ini, kegiatan K3 berhasil meningkatakan
pemahaman siswi, akan tetapi belum bisa merubah perilaku dan sifat siswi.
Artinya, perlu adanya evaluasi lagi terhadap kegiatan K3 oleh Madrasah.
Sehingga segala materi yang di sampaikan dapat di terima oleh siswi dan dapat
di terima oleh siswidan dapat terapkan
dalam kehidupan sehari hari, bukan hanya sebatas memahami. Sebanyak 75% materi
akidah akhlaq kelas X – XI yang termuat dalam kitab klasik. Diantaranya kewajiban
allah dan rasullnya, kewajiban terhadap orang tua, tata cara menuntut ilmu,
tata cara makan dan minum, keutamaan sifat. Jujur, keutamaan amanah, keutmaan
iffah, gunjinggan, adu omba, dendam, dengki, sombong dan lalai, tobat, cemas,
pengharapan, sabar, dan syukur, keutamaan berusaha disertai tawakal dan zuhud,
dan ikhlas dalam segala perbuatan.
Artinya materi yang di sampaikan pada kegiatan
K3 ampir seluruhnya merupakan adopsi dan materi akidah akhlaq kurukilum 2013
keagamaan. Dengan begitu, ada asumsi aka nada pemahaman materi terleih dahulu oleh
siswi sebelum materi yang disampiakan saat dilangsungkanya KBM. Tentunya kegiatan
K3 akan sangat membantu meningkatkan pemahaman, baik untuk materi akidah akhlaq
maupun dalam penerapan dkehidupan sehari hari.
Tidak diragukan lagi jika siswi
aktif dalam proses KBM, baik aktif bertanya maupun menjawab. Yang lebih
menakjubkan lagi, tingkat manganalisis dan daya nalar yang mereka miliki bahkan
berada di atas rata – rata pengetahuan siswi umumnya. Tidak heran banyak
pertanyaan yang sangat berbobot. Ada dua indikasi mengenai perihal ini, bisa
saja siswi ingin memperdalam ilmu yang lebih dalam lagi karena mereka merasa
sudah menguasai ilmu dasar, dan yang kedua bisa saja dia ingin menanyakan suatu
hal yang sulit dipecahkan.
DAFTAR
ISI
Cover............................................................................................................. i
Kata pengantar............................................................................................... ii
Abstrak.......................................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
2
1.3 Manfaat.................................................................................................... 2
1.4 Tujuan...................................................................................................... 2
1.5 Hipotesis.................................................................................................. 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian kitab
klasik .................................................................................. 3
2.2 Kurikulum
2013 keagamaan.................................................................... 4
2.3 Mata
pelajaran akidah akhlaq kurikulum 2013...............................
4
2.4 MAN BANGIL..............................................................................
5
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1 Pendekatan
penelitian.....................................................................
8
3.2 Subjek
penelitian.............................................................................
8
3.3 Teknik
Pengumpulan data..............................................................
8
3.4 Populasi dan
sampel ................................................................................ 9
3.5 Tempat dan
lokasi penelitian..........................................................
10
3.6 Analisis
data............................................................................................ 10
BAB IV HASIL
PENELITIAN
4.1 Hasil angket.....................................................................................
11
4.2 Manfaat kajian
kitab klasik terhadap siswi MAN BANGIL .................. 16
BAB V KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 18
5.2 Saran...............................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENGARUH
KEGIATAN KAJIAN KITAB KLASIK (K3) TERHADAP PEMAHAMAN MATA PELAJARAN AKIDAH
AHLAK KURIKULUM 2013 KEAGAMAAN DI MAN BANGIL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Kajian kitab
klasik adalah suatu kegiatan pembelajaran agama dengan kitab Washaya Al – Abaa’lil Abnaa’ sebagai sarana belajar yang rutin dilaksanakan setiap
hari jum’at oleh seluruh siswi MAN BANGIL. Kajian kitab klasik atau yang lebih
popular disebut K3 merupakan salah satu kegiatan baru yang dibentuk MAN BANGIL
pada 2 tahun terakhir ini. Penerapan kurikulum 2013 keagamaan mendesak MAN BANGIL
membuat sebuah kegiatan baru yang diperuntukkan untuk siswi dalam rangka
mengisi kekosongan saat dilangsungkanya shalat jum’at yang bertempat di masjid
MAN BANGIL.
Sistem
pembelajaran kajian kitab klasik ( K3) adalah dengan cara membaca kitab yang
dilakukan oleh ustadzah ( Guru pembimbing kajian ) terlebih dahulu, kemudian
diikuti oleh semua siswi yang hadir didalam kelas. Setelah itu, diikuti
penjelasan materi yang lebih rinci oleh ustadzah. Sebagai penutupnya, tersedia sesi tanya jawab bagi siswi yang kurang memahami materi
yang sudah di sampaikan, maupun masalah masalah yang ada di luar materi yang
diajarkan. Untuk mengukur seberapa besar pemahaman siswi selama mengikuti
kajian kitab klasik (K3), biasanya dilakukan evaluasi pada setiap semesternya. Hal ini
dilakukan selain menilai pemahaman siswi terhadap kegiatan kajian kitab klasik
(K3), juga menguatkan daya ingat siswi akan materi yang sudah di sampaikan oleh ustadzah supaya apa yang sudah
di sampaikan benar – benar dapat dipahami.
Melalui kegiatan kajian kitab klasik (K3)
diharapkan siswi MAN BANGIL dapat
menambah wawasan pengetahuan agama serta mempertajamkan pengetahuan belajar
dibidang ilmu akidah akhlak. Selain menambah ilmu, juga menjembatani
siswi yang kurang menguasai materi saat kegiatan belajar mengajar. Dengan pembelajaran
yang lebih intensif dan pembimbing profesional yang di
datangkan langsung dari salah satu pondok pesantren ternama di Kecamatan Bangil, kajian kitab klasik
(K3) dapat menjadi wadah mencari ilmu dan bersilaturahim dengan konsep belajar
yang aman, enjoy, dan menyenangkan. Sehingga MAN BANGIL mampu menciptakan alumnus
– alumnus yang berprestasi di bidang ilmu pengetahuan umum,teknologi juga berprestasi di bidang agama.
Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pengaruh Kegiatan Kajian Kitab Klasik (K3) Terhadap
Pemahaman Mata Pelajaran Akidah Ahlak Siswi MAN BANGIL Kurikulum 2013 Keagamaan”
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana pengaruh kegiatan
Kajian Kitab Klasik (K3) terhadap pemahaman mata pelajaran Akidah Akhlak
Kurikulum 2013 keagamaan di MAN Bnagil ?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk pengaruh kegiatan Kajian
Kitab Klasik (K3) terhadap pemahaman mata pelajaran Akidah Akhlak Kurikulum 2013 keagamaan
di MAN Bangil.
1.4
MANFAAT PENULISAN
1.
Dapat mengetahui pengaruh
kegiatan Kajian Kitab Klasik (K3) terhadap pemahaman mata pelajaran Akidah
Akhlak Kurikulum 2013 keagamaan di MAN Bnagil.
1.5
HIPOTESIS
Kegiatan Kajian Kitab Klasik
(K3) mampu meningkatkan pemahaman siswi MAN Bangil terhadap Mata Pelajaran
Akidah Akhlah Kurikulum 2013 Keagamaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
KAJIAN
KITAB KLASIK
Kajian kitab klasik atau kitab kuning adalah
serangkaian kegiatan dalam pendidikan agama islam, merujuk
kepada kitab-kitab tradisional
yang berisi pelajaran-pelajaran agama islam (diraasah al-islamiyyah)yang di
ajarkan pada Pondok Pesantren,mulai
dari fiqh, aqidah, akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab (`ilmu
nahwu dan `ilmu sharf), hadits, tafsir, `ulumul qur'aan, hingga pada
ilmu sosial dan
kemasyarakatan (mu`amalah). Dikenal
juga dengan kitab gundul karena memang tidak
memiliki harakat (fathah, kasrah, dhammah, sukun), tidak seperti
kitab Al-Qur'an. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti
harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh, dibutuhkan
waktu belajar yang relatif lama.
Kebanyakan
naskah para ulama pasca Khulafaa al-Rasyidin ditulis dengan
menggunakan Bahasa Arab tanpa harakat, tidak seperti Al-Qur'an pada umumnya.
Dikarenakan tujuan pemberian harakat pada Al-Quran lebih kepada bantuan bagi
orang-orang non arab dan penyeragaman. Sedangkan bagi orang yang menguasai tata
bahasa bahasa Arab maka dapat dengan mudah membaca kalimat tanpa harakat
tersebut. Inilah yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Kitab Gundul untuk
membedakannya dengan kitab bertulisan dengan harakat.
Sedangkan
mengenai penyebutan istilah sebagai Kitab kuning, dikarenakan memang
kitab-kitab tersebut kertasnya berwarna kuning, hal ini disebabkan warna kuning
dianggap lebih nyaman dan mudah dibaca dalam keadaan yang redup. Ketika
penerangan masih terbatas pada masa lampau, utamanya di desa-desa, para santri
terbiasa belajar di malam hari dengan pencahayaan seadanya. Meski penerangan
kini telah mudah, kitab-kitab ini sebagian tetap diproduksi menggunakan kertas
warna kuning mengikuti tradisi, walaupun ada juga yang telah dicetak pada
kertas berwarna putih (HVS). Sebab lainnya, adalah karena umur kertas yang
telah kuno yang turut membuat kertas semakin lama akan menguning dan menjadi
lebih gelap secara alami, juga disebutkan ketika dahulu lilin/lampu belum
bercahaya putih dan masih kuning maka kertas berwarna putih atau kuning sama
saja akan tetap terlihat kuning, sehingga ketika kertas kuning dahulu lebih
ekonomis maka penggunaan kertas kuning dapat meringankan ongkos produksi secara
masal. Kini di era modern Kitab-kitab tersebut telah dialih berkaskan menjadi
fail buku elektronik, misalnya chm atau pdf.
Ada juga softwarekomputer dalam penggunaan kitab-kitab ini yaitu Maktabah Syamila (Shameela) yang juga mulai
populer digunakan dikalangan para santri pondok pesantren modern.
Clifford Geertz seorang ahli antropologi dari
Amerika Serikat dalam bukunya yang terkenal berjudul "Abangan, Santri,
Priyayi Dalam Masyarakat Jawa" (judul aslinya The Religion of Java)[1] memuat sekelumit ceria tentang kitab kuning. Ada pula
buku karangan peneliti Belanda Martin van
Bruinessen yang
berjudul "Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat",[2]yang membahas sejarah kitab kuning dan pendidikan Islam
tradisional di Indonesia.
2.3 KURIKULUM 2013 KEAGAMAAN
Kementerian Agama, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam, mengambil langkah strategis terkait Implementasi Kurikulum 2013 (K-13)
Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Sekolah.
Langkah tersebut berupa penerbitan Surat Edaran Direktur
Jenderal Nomor: SE/DJ.I/PP.00/143/2015 tentang Implementasi Kurikulum 2013 PAI
pada Sekolah yang intinya melanjutkan pemberlakukan K-13 PAI pada
Sekolah.Demikian disampaikan oleh Direktur Pendidikan Agama Islam, Amin
Haedari, saat dikonfirmasi tentang pelaksanaan kurikulum PAI pasca
diberlakukannya Permendikbud Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013, Jakarta, Minggu (11/1). Dalam Permendikbud Nomor 160 Tahun
2014 Kurikulum 2013 tidak dinyatakan diberhentikan secara substansial, tetapi
ditangguhkan pemberlakuannya karena dianggap belum siap dalam pelaksanaan
Kurikulum 2013 tersebut,” jalas Amin.Di samping itu, tegas Amin, setidaknya
terdapat 3 pertimbangan penting K-13 PAI dilanjutkan. Pertama, Berdasarkan
Pasal 3 ayat 2 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama dan Keagamaan disebutkan bahwa Pengelolaan Pendidikan Agama dilaksanakan
oleh Menteri.
2.2 MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK KURIKULUM 2013
Ruang lingkup mata pelajaran
Aqidah-Akhlak di Madrasah Aliyah meliputi:
1. Aspek aqidah terdiri atas: pengertian aqidah islam,
pemahaman dan keyakinan terhadap aqidah islam, keterkaitan/hubungan aqidah
aqidah dan akhlak, fungsi aqidah dalam berakhlak, hakikat iman kepada Allah
Swt. , hakikat iman kepada malaikat Allah, dan hakikat iman kepada kitab-kitab
Allah Swt.
2. Aspek akhlaq terdiri atas: hakikat akhlak, akhlak terpuji
dan akhlak tercela. Akhlak terpuji meliputi: adab iffah, musawah, ukhuwah,
sfatb kreatif, dinamis, sabar, tawakal, adab terhadap Allah Swt, adab pergaulan
sesama muslim dan sesama manusia, hikmah sifat terpuji dan kisah suri tauladan
orang yang berakhlak mulia. Dan masalah akhlak tercela meliputi : sifat pasif,
pesimis, putus asa,, bergantung pada orang lain, memfitnah, mencaci dan memaki,
matrealistik, memfitnah, mencuri, merampok, picik, hedonisme, khianat,
ananiyah, akibat negative dari sifat tercela.
Mata pelajaran Aqidah-Akhlak
bertujuan untuk:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan,
dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT;
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan
nilai-nilai aqidah Islam.
2.4 MAN BANGIL
Madrasah Aliyah Negeri Bangil ( MAN
Bangil ) merupakan lembaga pendidikan umum tingkat menengah berbasis Islam dilingkungan
Departemen Agama dengan keunggulan dibidang akademik dan pemahaman
nilai-nilai ajaran agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan oleh
MAN Bangil adalah lembaga yang berbasis Islam , yang memiliki visi sebagai
sebuah lembaga pendidikan Islam yang optimis mampu bersaing dengan
sekolah umum secara kompetitif .
MAN Bangil merupakan salah satu
Lembaga Pendidikan Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Pasuruan Propinsi Jawa
timur yang didirikan dari suatu keinginan yang luhur demi kemajuan bangsa dan
agama, serta membangun generasi Islam yang tangguh, menghayati dan mengamalkan
ilmu agama, tahu kewajiban terhadap perkembangan generasi ,
Secara historis pada tahun 1982, pengurus yayasan
Al-Hikmah Bangil (sebelum lembaga ini dinegerikan ) mempunyai ide
untuk mendirikan Madrasah Aliyah di Kecamatan Bangil yang berstatus negeri,
dengan pertimbangan bahwa di kabupaten Pasuruan belum ada Madrasah Aliyah
Negeri, sedang di Kabupaten Pasuruan sudah ada beberapa MTs Negeri
yang memerlukan hadirnya sebuah lembaga pendidikan madrasah tingkat
menengah untuk kelanjutan studi para siswa tamatan MTs di
Madrasah Aliyah Negeri di wilayah Kab.Pasuruan.
Sehubungan dengan hal tersebut maka
pengurus yayasan selaku pelopor berdirinya Madrasah Aliyah tersebut sangat
berkeinginan untuk mewujudkan Madrasah Aliyah dengan alasan sebagai
berikut :
1. Mengingat masyarakat Bangil 95% beragama Islam,
seharusnya ada suatu lembaga pendidian Islam yang berstatus negeri
2. Di kabupaten Pasuruan belum memiliki lembaga setingkat
Madrasah Aliyah yang berstatus Negeri.
3. Dengan adanya Madrasah Aliyah Negeri , diharapkan akan
membantu para siswa tamatan Tsanawiyah untuk melanjutkan studi lanjutan
sehingga akan terwujud sekolah yang berbasis Islam dari jenjang MI,
MTs, dan MA.
Kemudian pada tanggal 27 Rajab 1402
Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 28 Mei 1982 terwujud ide berdirinya
Madrasah Aliyah tersebut dibawah Yayasan Al-Hikmah yang pada waktu itu diberi
namaMadrasah Aliyah Persiapan Negeri (MAPN)
Pada tahun pelajaran 1983/1984 untuk
menyesuaikan situasi dan kondisi pada saat itu, maka MAN dikembalikan kepada
yayasan yang mengelola dan bertanggung jawab atas eksistensi Madrasah tersebut
dengan mengganti nama Madrasah Aliyah Al-Hikmah . Sekitar tahun pelajaran
1984/1985 atas kegigihan dan keikhlasan pengelola Madrasah Aliyah Al-Hikmah,
mereka berusaha untuk mempersiapkan kelanjutan masa depan Madrasah Aliyah
Al-Hikmah Bangil diupayakanuntukmenjadiMadrasahAliyahNegeri, walaupun akhirnya
hanya berstatus Filial dari Madrasah Aliyah Negeri Kota Pasuruan.
Kemudian pada tahun pelajaran
1993/1994 MAN Pasuruan Filial di Bangil dengan SK Depag. Nomor : 244 anggal 25
Oktober 1993 MAN Pasuruan Filial di Bangil secara resmi dinyatakan
sebagai MAN Bangil yang berlokasi di Keluruhan Glanggang,
Kecamatan Beji , Kabupaten Pasuruan.
Keberadaan Madrasah Aliyah Negeri
Bangil sebagai satu-satunya Madrasah Aliyah Negeri di wilayah Kabupaten
Pasuruan, berangkat dan sebuah tuntutan kependidikan di wilayah Bangil dan
sekitarnya dengan status swasta. Dalam perjalanannya yang cukup panjang
Madrasah Aliyah Negeri Bangil Kab. Pasuruan dimulai dari :
a. MAS Al-Hikmah (28 Mei 1982) berstatus terdaftar.
b. MAN Pasuruan Filial di Bangil (1982-1993) Filial Negeri.
c. MAN Bangil (berdiri sendiri sebagai sekolah negeri) di
Bangil Wilayah Kab. Pasuruan dengan SK Menteri Agama RI Nomor. 224. tanggal 25
Oktober 1993.
Berikut ini adalah nama-nama Pendiri MAN. BANGIL
1. Drs. Dakiyas
2. Drs. Iksan
3. Drs. H. M. Su’udy Shiddieq. M.Pd.I
4. Drs. H. Fatah Karnadi
5. Khusaeni
6. Moh.Salim
7. Abdurrakhman Nabhan
Dan berikut adalah nama-nama Kepala MAN yang pernah
menjabat
1. Drs. Dakiyas
2. Drs. H.Ikhsan
3. Drs. H.M. Su’udy Shiddieq, M.Pd.I
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
3.1 PENDEKATAN
PENELITIAN
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kumulatif, yaitu Penelitian yang
dilakukan untuk mengambarkan secara mendalam tentang situasi atau proses yang
diteliti. Karena sifatnya ini, penelitian kualitatif tidak berusaha menguji
hipotesis. Meski demikian, bukan berarti penelitian ini tidak memiliki asumsi
awal yang menjadi permasalahan penelitian (Idrus Muhammmad, 24)
3.2 SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini istilah yang
di gunakan untuk subjek penelitian adalah informant dan key informant. Pada
dasarnya kedua istilah diatas sama bermakna pada subjek penelitian, penekanan
yang di inginkan dengan membuat subjek Penelitian dengan istilah informan adalah
dari yang bersangkutan peneliti akan memperoleh informasi menegnai hal – hal
yang bersangkutan dengan dirinya sendiri ataupun tentang lingkungan sekitarnya
yang menjai topic penelitian ini (Idrus Muhammad 246)
Adaupun,untuk
penelitian kali ini, pemilihan subjek di dasarkan pada beberapa kriteria yaitu
:
1.
Siswi MAN BANGIL kelas XI dan XII
2. Siswi MAN BANGILyang pernah mengikuti
kegiatan K3 dengan materi pelajaran akidah Akhlaq
3.
Ustadzah ( Guru pembimbing kegiatan K3 di MAN BANGIL )
4.
Guru mata pelajaran Aqiah ahklaq di MAN BANGIL
5. Ustadzah yang ditunjuk sebagai
Narasumber adalah ustadzah yang sudah mengajar kegiatan K3 selama 2 tahun di MAN BANGIL
3.3
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.3.1
WAWANCARA
Pada
penelitian kali ini, peneliti menggunakan kegiatan wawancara berstruktur, yaitu
wawancara yang dilakukan peneliti dengan cara terlebih dahulu mempersiapkan
bahan pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara ini (Idrus Muhammad : 107
).
Pada penelitian ini, peneliti akan
melakukan wawancara kepada beberapa pihak yang tebagi atas :
1
.siswi MAN BANGIL kelas XI yang diambil acak 100 Siswi dari 365 siswi
keseluruhan
2.
siswi MAN BANGIL kelas XII yang diambil acak 43 siswi dari 234 total siswi
keseluruhan
3. ustadzah kegiatan K3 diambil dari masa mengajarnya selama 2 tahun
di MAN BANGIL dari total keseluruhan 20 ustadzah
4.
Guru mata pelajaran akidah akhlaq berjumlah 2
3.3.2
ANGKET ( QUESTIONAIRE )
Pada Penelitian kali ini, peneliti
akan menggunakan angket skala likert, yang menggunakan lima alternative
perjenjangan dari kondisi yang sangat favorable ( sangat mendukung) hingga yang
unfavourable ( sangat tidak mendukung ). (Idrus Muhammad : 101 )
Pada Penelitian kali ini, peneliti akan
memberikan 5 daftar pertanyaan yang sudah tersedia pada lembar angket yang
selanjutnya akan diisi berdasarkan apa yang dirasakan oleh informan
3.4 POPULASI DAN SAMPEL
3.4.1 PADA PENELITIAN
KALI INI, PENELITI AKAN MENGGUNAKAN POULASI YANG DI AMBIL DARI BERBAGAI
KALANGAN,DIANTARANYA :
1. siswi kelas XI MAN BANGIL yang
berjumlah 100
2. siswi kelas XII MAN BANGIL yang
berjumlah 43
3. ustadzah kegiatan kajian kitab
klasik berjumlah 20
4. Guru Mata pelajaran akidah
akhlaq di MAN BANGIL sebanyak 2
3.4.2 SAMPEL
Peneliti akan
mengambil sampel sebanyak 30% dari total populasi yang berjumlah … hal ini
didasarkan atas ketentuan validalitas data, jika diketahui n=banyaknya populasi
melebihi 100 (Idrus Muhammad : 95 )
Maka diperoleh
hasil
Fn =
.
3.5 TEMPAT
DAN LOKASI PENELITIAN
3.5.1 TEMPAT PENELITIAN
Penelitian ini akan di lakukan di
MAN BANGIL
3.5.2 WAKTU PENELITIAN
Waktu penelitian yang digunakan peneliti
adalah pada tangggal 28 April s/d 30 mei
3.6 ANALISIS DATA
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
HASIL ANGKET
NO
|
PERTANYAAN
|
JAWABAN
|
JUMLAH
|
||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
|||
1
|
apa
yang anda lakukan pada saat ustadzah menjelaskan materi K3?
|
30
|
99
|
11
|
1
|
-
|
141
|
2
|
Apakah
anda menyukai suassana pembelajaran pada saat kegiatan K3?
|
37
|
77
|
27
|
-
|
-
|
141
|
3
|
Apakah
anda pernah bertanya pada ustadzah yang menyampaikan materi?
|
18
|
17
|
67
|
27
|
12
|
141
|
4
|
Apakah
anda setuju dengan kegiatan evaluasi yang dilakukan dalam K3?
|
36
|
74
|
28
|
2
|
1
|
141
|
5
|
Menurut
anda apakah kegiatan K3 ini membantu anda untk memahami materi mata pelajaran
akidah ahlak di sekolah anda?
|
75
|
55
|
10
|
1
|
-
|
141
|
Kegiatan K3 adalah kegiatan
pembelajaran agama yang dilakukan di lingkungan MAN BANGIL setiap hari jum’at
yang dilakukan seluruh siswi MAN BANGIL kelas X dan XI pada saat di
langsungkannya shalat jum’at. Kegiatan K3 merupakan suatu pembelajara agama
yang membahas tentang ilmu akhlak dan fiqih yang saling berkesinambungan.
karena merupakan kegiatan baru dan tidak semua siswi paham mengenai kegiatan
K3, maka kitab yang digunakan masih bersifat dasar. Namun, materi yang dibahas
mencakup semua kegiatan dan prilaku yang biasa di lakukan sehari hari.
Karena merupakan kegiatan baru, K3
masih belum berjalan efektif misalnya saja, saat K3 pertama kali di gelar,
suasana kaku Nampak di dalam kelas, tidak ada komunikasi yang baik Antara siswi
dan ustadzah. Hal ini disebabkan karena diantara keduanya belum saling
mengenal, perlu adanya adaptasi Antara ustadzah yang harus mengajar ditempat
baru, begitu juga dengan siswi yang harus beradaptasi dengan ustadzah baru yang
akan membimbingnya pada kegiatan K3.
Ustadzah menemukan banyak siswi yang
tidak bisa membaca kitab ketika pertemuan pertama digelar, akan tetapi, 3 – 4
kali pertemuan dengan memberi tes membaca kitab setiap kali pertemuan, jumlah
siswi yang tidak bisa membaca kitab semakin berkurang bahkan nyaris tidak ada.
Artinya, dibutuhkan waktu untuk memantapakan dan memberi kesempatan,siswi MAN
BANGIL untuk beradaptasi dengan kegiatan baru ini, tidak membutuhkan waktu yang
lama, siswi MAN BANGIL dapat menerima dengan baik kegiatan K3 yang terbilang
baru di MAN BANGIL. Keberhasilan itu terhadap antusias membaca kitab.
Ada evaluasi yang dilakukan setiap
akhir semester, dengan kriteria penilaian tes membaca kitab, pemaknaan kitab,
dan resume kitab dari nilai – nilai yang dikumpulkan, madrasah bisa mengetahui
sejauh mana siswi MAN BANGIL menerima dan memahami materi yang disampaikan pada
kegiatan K3. Apabila nilai nilai yang terkumpul seluruhnya bisa memenuhi
standart nilai yang di tentukan, artinya kegiatan K3 yang sudah dilakukan dapat
dapat diterima dan diterapkan siswi. Sebaliknya, jika masih ditemukan banyak
siswi yang belum bisa membaca standart nilai yang ditentukan, perlu adanya
evaluasi, baik dari ustazah selaku guru pembimbing K3. Karena bisa saja siswi
merasa tidak nyaman di kelas karena pembelajaran yang dinilai monoton atau
bahkan ustadzah kurang jelas dan kurang lantang dalam menyampaikan materi,
sehingga timbul kejenuhan dari siswi itu sendiri. Madrasah juga perlu
mengadakan evaluasi terhadap kitab yang digunakan, besar kemungkinan kitab yang
digunakan terlalu berbobot sehingga sukar untuk di pahami. Panitia juga harus
gencar memeriksa semua setiap kelas ketika kegiatan K3 berlangsung. Ketika
panitia mendapati ada siswi yang tidak memperhatikan, hendaknya menghimbau ustadzah
untuk memberikan teguran kepada siswi yang mengabaikan sebelum memasuki ruangan
kelas. Atau himbauan tersebut bisa dilakukan secara langsung oleh panitia
dengan cara mengumpulkan seluruh siswi MAN BANGIL untuk diberi arahan mengenai
pemberlakuan sanksi kepada setiap siswi yang tidak memperhatikan dan
mengabaikan kegiatan K3. Cara ini dirasa efektif untuk membuat rasa jerah, agar
tidak ada lagi siswi yang meremehkan.
Sebuah langkah kongkrit telah dijalankan
oleh madrasah, salah satunya adalah degan meberlakukan rolling ustadzah antar kelas
dengan tujuan agar siswi nyaman didalam kelas. Madrasah juga menghimbau utadzah
untuk melakukan demonstrasi apabila diperlukan pada materi yang diajar. Ini
dilakukan selain siswi bisa menerapkan dan lebih memahami materi, demonstrasi juga bisa
menghilangkan kejenuhan siswi yang harus dipaksauntuk belajar di dalam kelas
secara terus menerus. Namun, langkah tersebut masih belum aktif untuk menarik perhatian
siswi agar teaptap memperhatikan dan antusias terhadap kegiatan K3. Hal ini
juga di sebabkan oleh adanya beberapa kendala yang belum di atasi oleh pihak
madrasah. Kendala utama yang dirasakan hingga
saat ini adalah tingkat perhatian siswi terhadap penjelasan yang di
berikan oleh ustadzah. Ada berbagai faktor yang mampu membuyarkan focus siswi
terhadap pembelajaran K3, diantaranya lelah karena kegiatan yang berlangsung pada siang hari, lapar,berbicara,
bercanda, tidak membawa kitab, mengoperasikan hp, tidur, maupun mengerjakan
tugas. Seperti yang sudah dikatakan oleh beberapa ustadzah yang membimbing
kegiatan K3 di MAN BANGIL, madrasah hendaknya memberi tugas pada semua siswi
yang mengikuti K3. Misalnya dengan memberi tugas resume, setiap siswi harus
mempunyaii buku resume yang selanjutnya akan dinilai oleh panitia nilai – nilai yang terkumpul paa buku resume
selanjutnya diakumulasikan pada raport sebagai nilai tambahan. Hal ini dilakukan
agar siswi tidak meremehkan kegiatan K3, seperti yang sebelumnya dikatakan
kegiatan K3 bukanlah suatu kegiatan yang menentukan niali raport.
Hingga saat ini, metode yang biasa
diterapkan pada kegiatan K3 di MAN BANGIL sudah terbilang berhasil dan mendapat
respon positif dari siswi. Hal ini telihat dari tingkat antusias siswi yang
semakin hari menunjukkan semangat mengikuti kegiatan K3. Tidak seperti minggu –
minggu sebelumnya siswi harus diperitahkan terlebih dahulu oleh panitia, kini
siswi mulai menyadari akan tanggung jawabnya untuk mengikuti kegiatan K3 tanpa
harus menunggu arahan dari panitia kegiatan, antuasias siswi juga dipengaruhi
kondisi dan suasana yang ada di dalam
kelas, misalnya saja metode pembelajaran dibutuhkan metode pembelajaran yang
energik untuk kegiatana K3 ini, mengingat kegiatan yang berlangsung pada siang
hari sehingga membutuhkan sesuatu yang berisi dan menarik, agar perasaan penat,
lelah, dan lapar diatasi. Selain suasana yang menarik, dibutuhkan juga ustadzah
yang menarik, juga bisa mengajak siswi untuk semangatdan nyaman belajar
dikelas. Selain itu, diperlukan ustadzah yang tegas, ini penting dilakukan
untuk menyiapakan apabila di temukan siswi yang tidak memperhatikan atau
mengabaikan kegiatan K3. Ustadzah di butuhkan untuk menegur kepada semua siswi
dengan cara meberi pertanyaan atau menyuruh membaca kitab. Hal ini dilakukan untuk
menimalisir jumlah siswi yang kurang memperhatikan kegiatan K3, dan juga
mencegah penyebaran ke siswi lain,metode pembelajaran yang berhasil di terapkan
Antara lain metode demonstrasi dan metode ceramah. Biasanya ustadzah membaca
kitab terlebih dahulu untuk selanjutnya di ikuti oleh seluruh siswi yang hadir
di kelas beserta dengan pemaknaannya.setelah itu kitab di baca perorangan oleh
siswi yang di tunjuk. Selanjutnya ustadzah menjelaskan materi yang disampaikan
hingga pada sesi terakhir, yaitu Tanya jawab. Diantara semua sesi, sesi Tanya
jawablah yang paling banyak diminati siswi. Terlihat dengan banyaknya
pertanyaan yang ditanyakan siswi kepada ustadzah selain itu, ustadzah juga
memberi kebebasan bagi siswi untuk bertanya di luar materi yang di sampaikan.
Tidak sedikit siswi yang menanyakan perihal masalah – masalah yang dialami,
atau menanyakan seputar mata pelajaran akhlaq yang kurang di kuasai atau
dipahami. Ada juga ustadzah yang menerima jasa sharing bagi siswi yang ingin
menyeesaikan masalah atau tugasnya. Biasanya, sharing di lakukan pada saat di
luar kegiatan K3 atau via visual media apapun SMS.
Pengaruh kegiatan kajian kitab
klasik (K3) terhadap pemahaman pelajaran akidah akhlaq kurikulum 2013 keagamaan di MAN BANGIL.
Dari data yang telah di peroleh
seluruh responden ( 100 %) mengetahui kegiatan kajian kitab klasik (K3). Mereka
mengartikan K3 sebagai salah satu kegiatan yang membahas ilmu agama dengan
kitab sebagai sarana belajarnya. Diantara materi – materi yang di sampaikan
Antara lain, kewajiban terhadap Allah dan Rasullulah SAW, kewajiban kepada
kedua orangtua, kewajiban terhadap teman, tata cara menuntut ilmu, dan lain
sebagainya.
Sebanyak 99 responden menyatakan
bahwa mereka mengetahui kegiatan kajian kitab klasik (K3) saat mereka duduk di bangku SMA.namun, mereka
banyak yang mengetahui, bahkan memaham kitab yang di sampaikan, terutama bagi mereka
yang berada di pondok pesantren dan belajar di TPQ.sedangkan menurut ustadzah,
beliau menuturkan mengenal istilah K3 semenjak beliau menjadi guru pembimbing
di MAN BANGIL. Para ustadzah memaparkan, MAN BANGIL adalah salah satu sekolah
yang menerapkan pembelajran kitab diantara pelajaran agama lainnya. Yang
sebelum tidak pernah di terapkan di sekolah manapun.
Suasana
belajar yang nyaman juga di butuhkan demi terwujudnya kegiatan pembelajaran
yang kondusif dan strategis, suasana kegiatan K3 di dalm kelas terbilang belum
efektif, terlihat hanya 38 siswi yang menyukai suasana belajar yang sudah
berlangsung selama 2 tahun ini. Jumlah siswi ini tidak terpaut jauh denan siswi
yang tidak menyukai suasana kegiatan K3, ada 26 siswi yang menyatakan tidak
menyukai suasana belajar dengan berbagai alasan, seperti metode pembelajaran
yang terlalu kaku tidak enjoy, dan lain sebagainya. Sementara 76 siswi lainya
merasa biasa saja. Tidak ada yang menarikdan tidak perlu adanya perhatian
khusus terhadap kegiatan kajian kitab klasik (K3).
Berdasarkan data tersebut, dapat di
simpulkan bahwa suasana juga dapat memicu antusias siswi untuk tetap aktif pada
saat mengikuti kegiatan K3. Minat siswi terhadap suasana belajar tidak hanya
berasal dari faktor internal ( siswi tidak nyaman belajar di dalam kelas ),
namun bisa juga berasal dari faktor eksternal, seperti masalah dengan keluarga,
teman, pacar, tugas dan sebagainya.
Di penghujung kegiatan, disediakan
sesi Tanya jawab untuk siswi kurang memahami materi atau menanyakan masalah
masalah lain. Antuisias siswi yang sangat tinggi pada sesi terakhir ini
terlihat 15 dari 132 siswi yang sering bertanya kepada ustadza. Bahkan dalam
satu kali pertemuan, mereka bisa bertanya lebih dari satu pertanyaan 18 siswi
lainnya sering bertanya kepada ustadzah, pada siswi ini biasa menanyakan satu
pertanyaan setiap kali pertemuan. Hanya ada sekitar 69 siswi yang kadang kadang
menanyakan kepada ustadzah. Biasannya mereka menanyakan kepada ustadzah pada
materi materi belum dikuasainnya, atau memang siswi tersebut pasif, sehingga
mereka lebih menghindari pertanyaan. Dan sisanya, sebanyak 4 siswi yang jarang
bertanya kepada ustadzah.
Berdasarkan data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hampir semua siswi MAN BANGIL yangmnegikuti kegiatan K3
pernah bertanya kepada ustadzah, bahkan nyaristidak ada siswi yang tidak
bertanya. Meskipun ada beberapa siswi yang bertanya hanya pada saat – saat
tertentu dan tidak rutin bertanya setiap kali pertemuan. Dapat dikatakan, K3
juga mendorong siswi untuk aktif bertanya pada saat KBM berlangsung, terutama tuntutan
kurikulum 2013 yang di terapkan di MAN BANGIL yang mengharuskan siswinya untuk
aktifdalam pembelajaran sebagai acuan utama pada penilaian raport selain nilai
tugas dan nilai ujian.
Mengenai pelaksanaan kegiatan K3, 88
siswi menyatakan setuju dengan asumsi siswi MAN BANGIL akan menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu agama. Ada 37 siswi yang sangat setuju
dengan diadakannya kegiatan K3.namun mereka meminta agar madrasah labih
memperhatikan lagi kenyamanan belajar di kelas, baik itu untuk siswi maupun
ustadzah. 27 responden biasa saja dengan kegiatan K3, 2 siswi tidak setuju, dan
1 siswi sangat tidak setuju.
Dari hasil yang di dapatkan tersebut, hampir
seluruh siswi menyetujui adanya kegiatan K3 di MAN BANGIL dengan ketentuan
adanya perhatian yang lebih intensif oleh madrash terhadap suasana kelas yang
mencakup siswi, ustadzah, kitab, metode pembelajaran, dan sebagainya. Dan ada
sebagian kecil dari siswi tersebut tidak setuju dengan diadakannya kegiatan K3
dengan alasan pembelajaran yang di sampaikan ustadzah terlalu membosankan,
menyita waktu istirahat siswi, tidak bisa membaca kitab dan sebagainnya.
Pengadaan kegiatan K3 di MAN BANGIL bukanlah
suatu hal yang di anggap biasa,tentunya pengadaan kegiatan ini dimaksudkan
untuk menncapai suatu tujuan dengan harapan akan ada manfaat setelah
melakukannya, sebanyak 75 siswi merasa di bantu oleh kegiatan K3 dalam hal
memahami mata pelajaran akidah akhlaq kurukilum 2013 keagaman,56 siswi merasa
sangat di bantu, 10 lainnya biasa saja, dan 1 siswi merasa tidak di bantu.
Berdasarkan data tersebut, dapat
diambil kesimpulan bahwa kegiatan K3 dapat membantu siswi untuk lebih memahami
mata pelajaran akidah akhlaqkurikulum 2013 keagamaa . hal tersebut dapat di
lihat dari banyaknya siswi yang merasa dibantu di bandingkan dengan siswi
yangmengatakan tidak merasa di bantu dengan jumlah siswi yang lebih sedikit.
4.2 MANFAAT KEGIATAN
KAJIAN KITAB KLASIK (K3) TERHADAP SISWI MAN BANGIL
Kegiatan kajian kitab
klasik (K3) yang mengajarkan ilmu agama memberikan banyak manfaat bagi siswi.
Diantara manfaatnya itu adalah siswi dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan
agama. Sesuatu yang belum pernah mereka ketahui dapat mereka pelajari setelah
mengikuti kegiatan K3. Termasuk adab dan prilaku yang dilakukan sehari hari
sehingga mereka mulai berhati – hati dalam melakukan aktivitas sehari- hari dan
juga menerapkan materi yang di sampaikan, baik di sekolah, rumah, masyarakat,
dan sebagainya.
Manfaat lain yang di dapat siswi
adalah mengalami peningkatan pemahaman pada metari mata pelajaran akidah akhalq
2013 keagamaan. Meskipun pemahaman siswi meningkat tidak sepenuhnya berasal
dari kegiatan K3. Faktor lain misalnya keluarga, teman, lingkungan sekolah, dan
sebagainya. Namun, dapat disimpulkan juga kegiatan K3 juga dapat mendorong
siswi untuk aktif bertanya dan menjawab pada saat KBM. Apabila ada banyak siswi
bertanya atau menjawab,artinya mereka telah memahami materi tersebut.
Materi – materi yang di sampaikan
pada kegiatan K3 bisa merubah perialku – perilaku tidak baik siswi MAN BANGIL.
Mislanya berbicara sesaman teman atau guru lebih sopan, mulai meninggalkan
bercanda berlebihan yang biasa menunnjukan aurat melalui suara karena K3 juga
mencakup materi adab berteman dan bergaul. Perubahan lain Nampak pada kebiasaan
siswi yang sudah mulai berhati – hati dalam melakukan apapun.
Untuk sampai dengan saat ini K3
belum terlihat pada perubahan sifat atau sikap siswi MAN BANGIL. Hal ini
didasarkan dengan banyaknya siswi yang tidak jujur pada saat ujian, misalnya
mencontek, memberi jawaban, membuka buku, dan sebagainya, sopan santun kepada
guru juga rendah, terlihat saat KBM masih banyak ditemukan siswi yang tidak
memperhatikan guru dan membuat suasana kelas menjadi gaduh.
BAB
V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kegiatan
K3 yang diadakan di MAN BANGIL dapat terlaksana dengan baik meski sebelumnnya
menuai pro dan kontra berhubungan dengan siswi yang memberi tanggapan tidak
baik mengenai diadakannya kegiatan K3, ustadzah yang belum lepas ketika
menyampaikan materi, kitab yang brbobot (bagi siswi yang belum bisa membaca
kitab), suasana kelas, dan sebagainya. Berbagai upaya telah dilakukan madrasah
melalui panitia kegiatan K3. Perubahan dan pembaharuan ketidak selarasan telah
di kaji hingga tercipta kegiatan K3 seperti saat ini.
Bukanlah tanpa sebuah alasan kegiatan K3 di
lakukan, satu diantara alasan itu adalah meningkatkan pemahaman siswi MAN
BANGIL akan materi mata pelajaran akidah akhlaq kurikulum 2013 keagamaan karena
materi yang di sampaikan mancakup ilmu akhlaq. Ini dilakukan karena ilmu akhlaq
di butuhkan seluruh umat islam di dunia untuk bersikap dan berperilaku baik
sesuai kaidah agama dalam kehidupan sehari -
hari melalui kegiatan ini, siswi lebih memahami kajian akhlaq dan bisa
membedakan mana yang hak dan batil, sehingga tidak terjadi kekeliruan.
Mutu siswi
terhadap pemahaman mata pelajaran akidah akhlaq
kurikulum 2013 keagamaan juga meningkat. Guru mata pelajaran akidah
akhlaq menuturkan bahwa banyak perubahan perubahan yang dialami siswi,
diantaranya lebih aktif bertanya pada persoalan yang berbobot. Artinya, mereka
sudah memahami materi dasar sehingga mereka tidak memikirkan resiko ketika
menanyakan masalah yang berbobot. Atau mereka menjawab pertanyaan – pertanyaan
yang diajukan.
5.2
SARAN
Kajian kitab
klasik (K3) merupakan kegiatan yang mengkaji kitab ilmu agama yang
dilaksanakan setiap hari jum’at yang
dilaksanakan pada siang hari oleh siswi di MAN BANGIL. Kegiatan ini dapat
menambah dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan ilmu agama, adaupun kajian
kitab klasik ini dapat menumbuhkan siswi memiliki karakter dan akhlaq yang
sesuai dengan syariah islam. tetapi, kenyataan yang ada masih di temukan
banyaknya siswi MAN BANGIL akhlaqnya kurang sopan santun dan tidak mengutamakan
akhlaq dalam kegiatan tersebut dan seharusnya siswi MAN BANGIL dalam kegiatan K3 ini dapat mempratekkan
akhlaq dalam kehidupan sehari – hari, agar ilmu yang telah di sampaikan oleh
ustadzah dapat terlaksana sesuai dengan harapan beliau. Demikian pula
partisipasi siswi dalam kegiatan K3kurang maksimal, dikarenakan suasana yang
panas dan tegang sehingga mereka kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan K3
di MAN BANGIL. Sehingga disini di butuhkan semangat dan keikhlasan serta
bersungguh – sungguh dalam mengikuti kegiatan tersebut. Demi tercapainya kegiatan
ini seorang ustadzah diharapkan tidak terlalu berlebihan dengan materi yang di
sampaikan , sehingga mereka jenuh dan bosan. Untuk menghilangkan kejenuhan dan ketegangan dalam kegiatan ini perlu
adanya hiburan dan permainan dalam kegiatan tersebut dan tidak terlepas dari
materi yang telah di sampaikan, hal ini akan menghilangkan kejenuhan dan ketegangan
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Asrory,
M.ma’ruf 2001washaya al – abaa’. Surabaya : al – miftah
HM,
afif alam, rudy Harisyah.2006.karya tulis ilmiah siswa madrasah Aliyah.Jakarta
: balai penelitian dan pengembangan agama
Idrus,Muhammad
: 147.2009.analisis data kualitatif. Jl.H.Baping Raya no 100 ciracas Jakarta
13740 : erlangga
Idrus,
Muhammad : 99. 2009. Alat pengumpul data . Jl. H. Baping Raya ciracas. Jakarta
13740 : erlangga
Idrus
Muhammad : 91. 2009. Subjek penelitian.Jl.H.Baping Raya No. 100 ciracas Jakarta
13740 : erlangga
Rohman,
Roli Abdul Khamzah, 2014.menjaga Akidah dan Akhlaq1. Solo. PT Tiga serangkai
pustaka mandirik
Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi Dalam
Masyarakat Jawa (The Religion of Java), Pent. Aswab Mahasin, Pustaka
Jaya, Cet. Ketiga, 1989. ISBN 977-419-068-3. Diakses 7 Oktober 2010
Bruinessen, Martin van. Kitab kuning, pesantren dan tarekat :
tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Mizan, Cet. 1, Bandung, 1995. ISBN 979-433-061-2. Diakses 7 Oktober 2010
LAMPIRAN
Comments
Post a Comment