Skip to main content

makalah penelitian kesenjangan sosial

KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI PASURUAN


Guru pembimbing : Bukhori mustofa S, Pd
    

Nama anggota kelompok:
1.        Usman hadi s
2.        Dian wijayanti
        3.     Nur aini


























MADRASAH ALIYAH NEGERI BANGIL
Jln Balai Desa Nglanggang No3a Beji pasuruan
KATA PENGANTAR

        Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat ALLAHSWT, karena dengan kerido’an-Nya penelitian yang berjudul “
Kesenjangan sosial pada kehidupan masyarakat di Kabupaten Pasuruan
dapat terselesaikan.
       Kami membuat makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pembimbing ekstrakulikuler KIR yaitu Bapak Bukhori Mustofa S.Pd.
       Penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh data penulisan kalimat-Nya. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
       Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
       Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.  
































KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilanrendah.Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang.

Kesenjangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan juga selalu menjadi isu penting untuk ditinjau.Di negara berkembang masalah kesenjangan telah menjadi pembahasan utama dalam menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang lalu.Perhatian ini timbul karena adanya kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan semakin tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.

Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan anggapan yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu trade-off, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat akan membawa konsekuensi meningkatnya ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang cukup baik akan dicapai dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat atau diturunkan.

Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi pada negara miskin dan berkembang.Kemiskinan itu terjadi karena satu keadaan di mana seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modren, kemisikinan biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti malakukan penelitian dengan judul “ KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN”

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.    Seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan?
2.    Upaya apa saja yang di lakukan dalam pembinaan dan perhatian pemerintah ?
3.    Apakah peranaan masyarakat disekitar ?
4.    Bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan?






1.3  TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan
2.      Untuk mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan

1.4  MANFAAT PENULISAN

1.      Dapat mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan
2.      Dapat mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.      Dapat mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan






































      BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
        Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1.    Kemiskinan itu sendiri
2.    Kelemahan fisik
3.    Keterasingan atau kadar isolasi
4.     Kerentaan
5.     Ketidak berdayaan

FAKTOR - FAKTOR KESENJANGAN SOSIAL

Kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
a.    Kemiskinan
            Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi:

1.    Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan
2.    tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil
3.rendahnya upah buruh 
4. tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
5. sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
6. kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.

Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan menggunakan metode-metodre psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa lebih dahulu (ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola kebudayaan membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan bukannya berasal dari kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
1.    Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
2.    Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluargamnya,
3.    Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (unskilled labourerds), dan
4.    Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah (golongan ekonomi lemah).
Kemiskinan struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang dan pangan saja, kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, sosial yang mantap.
Beberapa ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980) adalah :
1.    Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang miskin akan tetap hidup dengan kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati kemewahannya),
2.    mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
3.    Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan akan bisa dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko (1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
1.    Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan penguasaan tanah) di desa mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan timbal-balik tradisional,
2.    Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung pada juragan di desanya sebagai pemilik kapal,
3.    Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan yang tergantung pada orang kota yang menguasai bahan dan pasarnya.

Hal-hal tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
a.    kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam usaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural, dimensi struktural perlu dihadapi juga terutama di pedesaan
b.    perlunya pola organisasi institusi masyarakat pedesan yang disesuaikan dengan keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan bargaining power, dan perlunya proses Sosial learning yang spesifik dengan kondisi setempat.
Adam Malik (1980) mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur masyarakat Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi di dalamnya kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan masyarakat yang menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka kemudian mampu membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang berorientasi pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya kemiskinan struktural.
Pada hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan ada, dalam sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah bagaimana lebih memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial. Sudjatmoko (1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang semata-mata mengutamakan pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan struktural. Pola netes ke bawah memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi, dan prilaku pola mencari nafkah dari pertanian ke non pertanian, tetapi proses ini akan lamban dan harus diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan tidak dapat diatasi hanya dengan membantu golongan miskin saja, tanpa menghadapi dimensi-dimensi struktural seperti ketergntungan, dan eksploitasi. Permasalahannya adalah dimensi-dimensi struktural manakah yang mempengarhui secara langsung terjadinya kemiskinan, bagaimana ketepatan dimensi untuk kondisi sosial budaya setempat.

 B.    LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat,sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.

































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1  JENIS PENELITIAN
            Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran temtang realitas kepada objek yang akan diteliti secara objektif. Penelitian ini menekankan pada dua variabel yakni pengaruh kesenjangan sosial terhadap perekonomian masyarakat kabupaten pasuruan.

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA
            Dalam penelitian ini metode pengumpulan data meliputi :

3.2.1 WAWANCARA (INTERVIEW)
            Wawancara (interview) adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan wawancara antar pengumpul data (pencatat) dengan respon wawancara yang dilakukan langsung maupun dengan menggunakan pedoman “daftar pernyataan” dan kuesioner.

3.2.2 OBSERVASI (PENGAMATAN)
            Observasi (pengamatan) adalah metodologi penelitiana dengan cara penenliti terjun langsung kelapangan/tempat penelitian.

3.2.3 DOKUMENTASI
             Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang barang yang tertulis, maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai tekhnik pengumpulan data dengan cara mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

3.3  LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.3.1PENELITIAN INI DILAKUKAN DIKECAMATAN BANGIL

3.3.2 WAKTU YANG DIGUNAKAN PENELITI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN DIMULAI DARI TANGGAL 22-26 FEBRUARI 2016.

3.4  POPULAI DAN SAMPEL

3.4.1 POPULASI
            Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan populasi pengunjung alun alun bangil yang terdiri dari POLANTAS, penjual kaki lima (pkl), tenaga kerja, kelompok geng, dan kelompok bermain.

3.4.2 SAMPEL
             Dalam penelitian ini subjek peneliti berupa sampel yaitu pengunjung alun alun. Peneliti akan menggunakan perwakilan satu orang bagi setiap golongan yang berkunjung di alun alun bangil.










BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 TABEL
            Berikut tabel hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara (interview)
4.1.1 DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELOMPOK BERMAIN
Tabel 4.1.1.2
NO
Pertanyaan
Jawaban
1
Siapa nama anda?
Ivanda
2
Dimana alamat rumah anda?
Desa latek, bangil
3
Apa tujuan anda kesini?
bermain
4
Apa mata pencaharian masyarakat di desa anda?
pertanian
5
Apa status pendidikan anda dan keluarga?
Saya masih kelas IX SMP sedangkan kakak saya lulusan SMA dan sekarang bekerja di GAZEBO (rumah makan)
6
Bagaimana kondisi lingkungan di keluarga anda?
Tercukupi. Dalam artian kebutuhan masyarakat disini semuanya sama
7
Status anda saat ini?
Pelajar SMP
8
Bagaimana peran orang tua anda dalam menyikapi batas waktu bermain anda?
Orang tua tidak memperhatikan kapan saja saya bisa bermain, tanpa ada larangan dari orang tua
9
Apakah dilingkungan tempat tinggal anda masih kental dengan budaya lokal?
Iya. Hal ini terbukti dari segi mata pencaharian warga yang lebih dominan menjadi petani daripada swasta
10
Seberapa besar tinggkat kriminalita yang ada di lingkungan anda?
Kriminalitas dilingkungan saya rata rata dilakukan oleh anak muda yang kurang mendapatkan pendidikan (tidak sekolah/tamatan tingkat sekolah rendah)
11
Apakah anda sering melihat pengemis atau gelandangan di sekitar alun alun bangil? Seberapa banyak?
Iya, tidak menentu. Antara, 2-5 orang. Paling banyak pada malam hari dan hari libur.
12
Bagaimana pendidikan yang berada disekitar rumah anda?
Baik, hampir semua anak bisa menamatkan  sekolah jenjang SMA meskipun ada juga yang sampai SMP,SD,maupun tidak sekolah.
13
Apakah kebutuhan keluarga anda tercukupi?
Alhamdulillah tercukupi walaupun banyak tanggungan
14
Apa harapan anda untuk kabupaten pasuruan?
Kabupaten lebih bersih dari gembel, pengemis, tunawisma, dan kriminalitas.


4.1.2  DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU TUKANG BECAK DI ALUN – ALUN BANGIL
Tabel 4.1.2.2

No.
Daftar Wawancara
Respon Nrasumber
1.
Siapa nama anda?
Joko (54 tahun)
2.
Di mana tempat tinggal anda?
Rejoso Pasuruan
  3.
Apa profesi anda saat ini?
Sebagai tukang becak, kerja sampingan kuli bangunan
 4.
Berapa penghasilan anda setiap hari?
Rp 36.000 - Rp 50.000 sedangkan untuk setorannya Rp 5.000 per hari
 5.
Kondisi perekonomian di keluarga anda?
Untuk kebutuhan sehari – hari sudah tercukupi. Namun, untuk membiayai sekolah anak saya masih kekurangan dana karena saya sendiri di sini merantau
  6.
Apa keinginan bapak saat ini?
Ingin berwirausaha
  7.
Status pendidikan bapak ?
Tamatan SMP
  8.
Berapa jam bapak bekerja?
Bekerja antara jam 06.00 – jam 22.00
  9.
Apakah anda sering melihat ada pengemis di area alun – alun ?
Banyak. Sekitar 5 orang
 10.
Bagaimana tingkat pendidikan yang ada di tempat tinggal anda?
Semuanya dapat bersekolah, akan tetapi tamatan sekolahnya masih rendah

  11.
Apa alasan anda memilih untuk bekerja di Bangil?
Di tempat saya tinggal industrinya sedikit
 12.
Bagaimana keadaan ekonomi di wilayah tempat tinggal anda?
Sudah tercukupi, namun ada juga yang belum tercukupi
  13.
Apa mata pencaharian masyarakat di wilayah anda ?
Sebagai petani
 14.
Bagaimana pendidikan yang ada di wilayah anda ?
Pendidikannya rendah

  15.
Apa harapan anda?
Kriminalitas tidak ada, pendidikan di gratiskan bagi masyarakat yang kurang mampu, dan industri di tambah













BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan masih banyaknya kesenjagan sosial di wilayah Pasuruan yaitu banyaknya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas dan gelandangan kemiskinan di wilayah Pasuruan masih sangat tinggi terbukti, masih banyak gelandangan, pengemis, dan pengamen pemerintah harus lebih serius dalam menganggani hal tersebut.
Indusrti mempunyai peranan penting dalam mengatasi pengganguran hal ini terbukti, masyarakat pasuruan timur banyak yang merantau ke pasuruan barat karena banyaknya lapangan pekerjaan. Hal itu di sebabkan minimnya lapangan pekerjaan di pasuruan timur.
Kualitas pendidian di wilayah pasuruan belum dikatakan maksimal karena banyaknya pelajar yang berputus sekolah, di karenakan biaya sekolah yang masih mahal akibat dari mahalnya biaya pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan pernikahan dini khususnya di wilayah pasuruan timur di bagian pesisir sehingga menimbulkan adanya ledakan penduduk dan beban kebutuhan yang tinggi

5.2 SARAN
            Kesenjangan sosial di wilayah pasuruan semakin tinggi seperti kemiskinan dan pengangguran yang tinggi  hal ini yang menyebabkan kemiskinan di daerah Pasuruan serta kesenjangan sosial yang tinggi hal ini harus secepatnya di tanggani oleh pemerintah agar kemiskinan dan pengangguran menurun serta dapat mensejahterakan rakyat.Solusi untuk menanggani hal tersebut dengan memaksimalkan pendidikan,membuka lapangan pekerjaan bagi para penganguran dan mengurangi tindak kriminalitas,dan memberi subsidi pendidikan  kepada masyarakat agar biaya sekolah tidak terlalu mahal  Selain itu, kita juga harus menimalisir KKN dan memberantas korupsi dalam upaya meningkatan kesejahteraan rakyat












LAMPIRAN-LAMPIRAN
                                                                       











































 KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI PASURUAN


Guru pembimbing : Bukhori mustofa S, Pd
    

Nama anggota kelompok:
1.        Usman hadi s
2.        Dian wijayanti
        3.     Nur aini


























MADRASAH ALIYAH NEGERI BANGIL
Jln Balai Desa Nglanggang No3a Beji pasuruan
KATA PENGANTAR

        Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat ALLAHSWT, karena dengan kerido’an-Nya penelitian yang berjudul “
Kesenjangan sosial pada kehidupan masyarakat di Kabupaten Pasuruan
dapat terselesaikan.
       Kami membuat makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pembimbing ekstrakulikuler KIR yaitu Bapak Bukhori Mustofa S.Pd.
       Penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh data penulisan kalimat-Nya. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
       Kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan datang.
       Besar harapan, mudah-mudahan makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua orang.  
































KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dan kelompok masyarakat berpenghasilanrendah.Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang.

Kesenjangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan juga selalu menjadi isu penting untuk ditinjau.Di negara berkembang masalah kesenjangan telah menjadi pembahasan utama dalam menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang lalu.Perhatian ini timbul karena adanya kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan semakin tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.

Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan anggapan yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan terdapat suatu trade-off, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat akan membawa konsekuensi meningkatnya ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang cukup baik akan dicapai dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat atau diturunkan.

Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi pada negara miskin dan berkembang.Kemiskinan itu terjadi karena satu keadaan di mana seseorang itu kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modren, kemisikinan biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang.

Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti malakukan penelitian dengan judul “ KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN”

1.2  RUMUSAN MASALAH
1.    Seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan?
2.    Upaya apa saja yang di lakukan dalam pembinaan dan perhatian pemerintah ?
3.    Apakah peranaan masyarakat disekitar ?
4.    Bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan?






1.3  TUJUAN PENULISAN

1.      Untuk mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan
2.      Untuk mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.      Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan

1.4  MANFAAT PENULISAN

1.      Dapat mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di kabupaten Pasuruan
2.      Dapat mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.      Dapat mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di kabupaten Pasuruan






































      BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1.KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
        Menurut Robert Chambers bahwa inti kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1.    Kemiskinan itu sendiri
2.    Kelemahan fisik
3.    Keterasingan atau kadar isolasi
4.     Kerentaan
5.     Ketidak berdayaan

FAKTOR - FAKTOR KESENJANGAN SOSIAL

Kesenjangan sosial yang terjadi di Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
a.    Kemiskinan
            Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat yang memiliki seperangkat kondisi:

1.    Sistem ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan
2.    tetap tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak terampil
3.rendahnya upah buruh 
4. tidak berhasilnya golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
5. sistem keluarga bilateral lebih menonjol daripada sistem unilateral, dan
6. kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.

Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini menuju ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan menggunakan metode-metodre psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa lebih dahulu (ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah kenyataan kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan pola-pola kebudayaan membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan bukannya berasal dari kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
1.    Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
2.    Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluargamnya,
3.    Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (unskilled labourerds), dan
4.    Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah (golongan ekonomi lemah).
Kemiskinan struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang dan pangan saja, kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, sosial yang mantap.
Beberapa ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980) adalah :
1.    Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang miskin akan tetap hidup dengan kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati kemewahannya),
2.    mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
3.    Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan akan bisa dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko (1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
1.    Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan penguasaan tanah) di desa mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan timbal-balik tradisional,
2.    Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung pada juragan di desanya sebagai pemilik kapal,
3.    Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan yang tergantung pada orang kota yang menguasai bahan dan pasarnya.

Hal-hal tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
a.    kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam usaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan struktural, dimensi struktural perlu dihadapi juga terutama di pedesaan
b.    perlunya pola organisasi institusi masyarakat pedesan yang disesuaikan dengan keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan bargaining power, dan perlunya proses Sosial learning yang spesifik dengan kondisi setempat.
Adam Malik (1980) mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur masyarakat Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi di dalamnya kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan masyarakat yang menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka kemudian mampu membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang berorientasi pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya kemiskinan struktural.
Pada hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan ada, dalam sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah bagaimana lebih memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial. Sudjatmoko (1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang semata-mata mengutamakan pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan struktural. Pola netes ke bawah memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi, dan prilaku pola mencari nafkah dari pertanian ke non pertanian, tetapi proses ini akan lamban dan harus diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan tidak dapat diatasi hanya dengan membantu golongan miskin saja, tanpa menghadapi dimensi-dimensi struktural seperti ketergntungan, dan eksploitasi. Permasalahannya adalah dimensi-dimensi struktural manakah yang mempengarhui secara langsung terjadinya kemiskinan, bagaimana ketepatan dimensi untuk kondisi sosial budaya setempat.

 B.    LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian masyarakat,sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial. Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.

































BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1  JENIS PENELITIAN
            Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran temtang realitas kepada objek yang akan diteliti secara objektif. Penelitian ini menekankan pada dua variabel yakni pengaruh kesenjangan sosial terhadap perekonomian masyarakat kabupaten pasuruan.

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA
            Dalam penelitian ini metode pengumpulan data meliputi :

3.2.1 WAWANCARA (INTERVIEW)
            Wawancara (interview) adalah tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan wawancara antar pengumpul data (pencatat) dengan respon wawancara yang dilakukan langsung maupun dengan menggunakan pedoman “daftar pernyataan” dan kuesioner.

3.2.2 OBSERVASI (PENGAMATAN)
            Observasi (pengamatan) adalah metodologi penelitiana dengan cara penenliti terjun langsung kelapangan/tempat penelitian.

3.2.3 DOKUMENTASI
             Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang barang yang tertulis, maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai tekhnik pengumpulan data dengan cara mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.

3.3  LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN

3.3.1PENELITIAN INI DILAKUKAN DIKECAMATAN BANGIL

3.3.2 WAKTU YANG DIGUNAKAN PENELITI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN DIMULAI DARI TANGGAL 22-26 FEBRUARI 2016.

3.4  POPULAI DAN SAMPEL

3.4.1 POPULASI
            Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan populasi pengunjung alun alun bangil yang terdiri dari POLANTAS, penjual kaki lima (pkl), tenaga kerja, kelompok geng, dan kelompok bermain.

3.4.2 SAMPEL
             Dalam penelitian ini subjek peneliti berupa sampel yaitu pengunjung alun alun. Peneliti akan menggunakan perwakilan satu orang bagi setiap golongan yang berkunjung di alun alun bangil.










BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 TABEL
            Berikut tabel hasil penelitian dengan menggunakan metode wawancara (interview)
4.1.1 DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELOMPOK BERMAIN
Tabel 4.1.1.2
NO
Pertanyaan
Jawaban
1
Siapa nama anda?
Ivanda
2
Dimana alamat rumah anda?
Desa latek, bangil
3
Apa tujuan anda kesini?
bermain
4
Apa mata pencaharian masyarakat di desa anda?
pertanian
5
Apa status pendidikan anda dan keluarga?
Saya masih kelas IX SMP sedangkan kakak saya lulusan SMA dan sekarang bekerja di GAZEBO (rumah makan)
6
Bagaimana kondisi lingkungan di keluarga anda?
Tercukupi. Dalam artian kebutuhan masyarakat disini semuanya sama
7
Status anda saat ini?
Pelajar SMP
8
Bagaimana peran orang tua anda dalam menyikapi batas waktu bermain anda?
Orang tua tidak memperhatikan kapan saja saya bisa bermain, tanpa ada larangan dari orang tua
9
Apakah dilingkungan tempat tinggal anda masih kental dengan budaya lokal?
Iya. Hal ini terbukti dari segi mata pencaharian warga yang lebih dominan menjadi petani daripada swasta
10
Seberapa besar tinggkat kriminalita yang ada di lingkungan anda?
Kriminalitas dilingkungan saya rata rata dilakukan oleh anak muda yang kurang mendapatkan pendidikan (tidak sekolah/tamatan tingkat sekolah rendah)
11
Apakah anda sering melihat pengemis atau gelandangan di sekitar alun alun bangil? Seberapa banyak?
Iya, tidak menentu. Antara, 2-5 orang. Paling banyak pada malam hari dan hari libur.
12
Bagaimana pendidikan yang berada disekitar rumah anda?
Baik, hampir semua anak bisa menamatkan  sekolah jenjang SMA meskipun ada juga yang sampai SMP,SD,maupun tidak sekolah.
13
Apakah kebutuhan keluarga anda tercukupi?
Alhamdulillah tercukupi walaupun banyak tanggungan
14
Apa harapan anda untuk kabupaten pasuruan?
Kabupaten lebih bersih dari gembel, pengemis, tunawisma, dan kriminalitas.


4.1.2  DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU TUKANG BECAK DI ALUN – ALUN BANGIL
Tabel 4.1.2.2

No.
Daftar Wawancara
Respon Nrasumber
1.
Siapa nama anda?
Joko (54 tahun)
2.
Di mana tempat tinggal anda?
Rejoso Pasuruan
  3.
Apa profesi anda saat ini?
Sebagai tukang becak, kerja sampingan kuli bangunan
 4.
Berapa penghasilan anda setiap hari?
Rp 36.000 - Rp 50.000 sedangkan untuk setorannya Rp 5.000 per hari
 5.
Kondisi perekonomian di keluarga anda?
Untuk kebutuhan sehari – hari sudah tercukupi. Namun, untuk membiayai sekolah anak saya masih kekurangan dana karena saya sendiri di sini merantau
  6.
Apa keinginan bapak saat ini?
Ingin berwirausaha
  7.
Status pendidikan bapak ?
Tamatan SMP
  8.
Berapa jam bapak bekerja?
Bekerja antara jam 06.00 – jam 22.00
  9.
Apakah anda sering melihat ada pengemis di area alun – alun ?
Banyak. Sekitar 5 orang
 10.
Bagaimana tingkat pendidikan yang ada di tempat tinggal anda?
Semuanya dapat bersekolah, akan tetapi tamatan sekolahnya masih rendah

  11.
Apa alasan anda memilih untuk bekerja di Bangil?
Di tempat saya tinggal industrinya sedikit
 12.
Bagaimana keadaan ekonomi di wilayah tempat tinggal anda?
Sudah tercukupi, namun ada juga yang belum tercukupi
  13.
Apa mata pencaharian masyarakat di wilayah anda ?
Sebagai petani
 14.
Bagaimana pendidikan yang ada di wilayah anda ?
Pendidikannya rendah

  15.
Apa harapan anda?
Kriminalitas tidak ada, pendidikan di gratiskan bagi masyarakat yang kurang mampu, dan industri di tambah













BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan masih banyaknya kesenjagan sosial di wilayah Pasuruan yaitu banyaknya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas dan gelandangan kemiskinan di wilayah Pasuruan masih sangat tinggi terbukti, masih banyak gelandangan, pengemis, dan pengamen pemerintah harus lebih serius dalam menganggani hal tersebut.
Indusrti mempunyai peranan penting dalam mengatasi pengganguran hal ini terbukti, masyarakat pasuruan timur banyak yang merantau ke pasuruan barat karena banyaknya lapangan pekerjaan. Hal itu di sebabkan minimnya lapangan pekerjaan di pasuruan timur.
Kualitas pendidian di wilayah pasuruan belum dikatakan maksimal karena banyaknya pelajar yang berputus sekolah, di karenakan biaya sekolah yang masih mahal akibat dari mahalnya biaya pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan pernikahan dini khususnya di wilayah pasuruan timur di bagian pesisir sehingga menimbulkan adanya ledakan penduduk dan beban kebutuhan yang tinggi

5.2 SARAN
            Kesenjangan sosial di wilayah pasuruan semakin tinggi seperti kemiskinan dan pengangguran yang tinggi  hal ini yang menyebabkan kemiskinan di daerah Pasuruan serta kesenjangan sosial yang tinggi hal ini harus secepatnya di tanggani oleh pemerintah agar kemiskinan dan pengangguran menurun serta dapat mensejahterakan rakyat.Solusi untuk menanggani hal tersebut dengan memaksimalkan pendidikan,membuka lapangan pekerjaan bagi para penganguran dan mengurangi tindak kriminalitas,dan memberi subsidi pendidikan  kepada masyarakat agar biaya sekolah tidak terlalu mahal  Selain itu, kita juga harus menimalisir KKN dan memberantas korupsi dalam upaya meningkatan kesejahteraan rakyat












LAMPIRAN-LAMPIRAN
                                                                       











































Comments

Popular posts from this blog

Periodesasi Sejarah Islam (Masa Pertengahan dan Modern)

BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Masalah Sejarah berjalan dari masa lalu, ke masa kini, dan melanjutkan perjalanannya ke masa depan. Dalam perjalanan suatu unit sejarah selalu mengalami pasang naik dan pasang surut dalam interval yang berbeda-beda. Disamping itu, mempelajari sejarah yang sudah berjalan cukup panjang akan mengalami kesulitan-kesulitan jika tidak di bagi dalam beberapa babakan dimana setiap babakan merupakan suatu komponen yang mempunyai ciri-ciri khusus dan merupakan suatu kebulatan untuk satu jangka waktu. Rangkaian dari babakan sejarah yang termuat dalam satu kerangka inilah yang dinamakan periodisasi sejarah.[1] Apa yang dijadikan sebagai ciri-ciri khusus untuk menetapkan satu babakan sejarah, para ahli sejarah membagi dalam beberapa aliran sebagai berikut : 1.        Aliran yang menganggap ciri kuhusus itu ialah pada bentuk negara atau sistem politik yang dianut oleh pemerintaha...

keadilan Semu

Penegakan Hukum yang tidak Pandang Bulu dan Rasa Kemanusiaan Penegakkan hukum di negara Indonesia, sudah tidak memandang bulu, tidak melihat lapisan masyarakat bawah. Semua warga negara baik kalangan pejabat sampai kalangan yang melarat pun juga di proses hukum, karena mereka sudah terikat dengan hukum maka dalam kehidupan bernegara dan berbangsa di perlukan sikap kehati-hatian. Jika di dalamnya tidak ada kewaspadaan akan berakibat fatal dan membahayakan.           Ironisnya lagi apabila yang melanggar hukum adalah seorang kaum golongan bawah dan hanya kasus yang sepele, banyak pelanggaran hukum seperti ini di mana mana terjadi mulai dari 1. Pencurian Sendal (sepasang sandal) 2. Pencurian Kayu (hanya 2 ranting Pohon) 3. Pencurian Durian (1 buah durian)   Masalah seperti ini di permasalahkan, memang mereka melanggar hukum akan tetapi yang melakukan pelanggaran hukum tersebut juga seorang lansia, bahkan yang menge...

Islam Sebagai Studi Sosial dan Budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Studi Islam adalah sistem fenomena keagamaan Islam. Sistem keagamaan artinya mengkaji konsep-konsep keagamaan baik sebagai nilai maupun doktrin agama Islam. Fenomena keagamaan itu sendiri adalah perwujudan sikap dan perilaku manusia yang berhubungan dengan nilai. Berarti studi Islam merupakan suatu usaha pengkajian terhadap aspek-aspek keagamaan Islam maupun aspek sosiologis yang menyangkut fakta-fakta empiris dalam kehidupan manusia yang timbul akibat dialog antara nilai agama keagamaan dengan realitas kehidupan manusia. Islam dapat dikaji, dimana Islam sebagai produk budaya dan bahakan Islam juga merupakan produk interaksi sosial. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1 . Bagaimana Islam sebagai studi sosial? 2. Bagaimana Islam sebagai studi budaya? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui islam sebagai studi sosial 3. Untuk mengetahui islam sebagai studi budaya BAB II PEMBAHASAN 2. 1 Islam sebagai Studi Sosial Islam seb...