KESENJANGAN
SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI PASURUAN

Guru
pembimbing : Bukhori mustofa S, Pd
Nama
anggota kelompok:
1. Usman hadi s
2. Dian wijayanti
3.
Nur aini
MADRASAH
ALIYAH NEGERI BANGIL
Jln Balai Desa Nglanggang No3a Beji pasuruan
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas ke hadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat
walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat
ALLAHSWT, karena
dengan kerido’an-Nya penelitian yang berjudul “
Kesenjangan sosial pada kehidupan masyarakat di Kabupaten Pasuruan
dapat terselesaikan.
Kami membuat
makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pembimbing
ekstrakulikuler KIR yaitu Bapak Bukhori Mustofa S.Pd.
Penyelesaian makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh data penulisan
kalimat-Nya. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam
menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai
seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar
dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan
datang.
Besar harapan, mudah-mudahan
makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua
orang.
KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan
dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi
dan kelompok masyarakat berpenghasilanrendah.Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang.
Kesenjangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada
di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan juga selalu menjadi isu penting
untuk ditinjau.Di negara berkembang masalah kesenjangan telah menjadi
pembahasan utama dalam menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang
lalu.Perhatian ini timbul karena adanya kecenderungan bahwa kebijakan
pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan semakin
tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.
Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan anggapan
yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan
terdapat suatu trade-off, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat akan membawa
konsekuensi meningkatnya ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang cukup baik akan dicapai dengan
pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat atau diturunkan.
Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat
dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi pada negara miskin
dan berkembang.Kemiskinan itu terjadi karena satu keadaan di mana seseorang itu
kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modren, kemisikinan
biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti malakukan
penelitian dengan judul “ KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN PASURUAN”
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat
di kabupaten Pasuruan?
2. Upaya apa saja yang di lakukan dalam pembinaan dan perhatian
pemerintah ?
3. Apakah peranaan masyarakat disekitar ?
4. Bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi
ekonomi di kabupaten Pasuruan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di
kabupaten Pasuruan
2.
Untuk
mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di
kabupaten Pasuruan
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.
Dapat
mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di
kabupaten Pasuruan
2.
Dapat
mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.
Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di
kabupaten Pasuruan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan
sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat
yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan
sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun
bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek
apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal
ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin
miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya
kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak
orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin
dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
Menurut Robert Chambers bahwa inti
kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap
kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1. Kemiskinan
itu sendiri
2. Kelemahan
fisik
3. Keterasingan
atau kadar isolasi
4.
Kerentaan
5.
Ketidak berdayaan
FAKTOR
- FAKTOR KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan sosial yang terjadi
di Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
a. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks
sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang memiliki seperangkat kondisi:
1. Sistem
ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan
2. tetap
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak
terampil
3.rendahnya upah buruh
4. tidak berhasilnya
golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan
politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
5. sistem keluarga bilateral lebih
menonjol daripada sistem unilateral, dan
6.
kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap
hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil
ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu
usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini
menuju ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan
menggunakan metode-metodre psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa
lebih dahulu (ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah
kenyataan kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan
pola-pola kebudayaan membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran
kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan bukannya berasal dari
kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang
dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur
sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku
dalam masyarakat itu sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
1.
Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
2.
Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk
memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluargamnya,
3.
Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (unskilled labourerds), dan
4.
Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah (golongan
ekonomi lemah).
Kemiskinan
struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang dan pangan saja,
kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan
pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, sosial yang mantap.
Beberapa
ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980) adalah :
1.
Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang miskin akan tetap hidup dengan
kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati kemewahannya),
2.
mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka
kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
3.
Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang
menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan akan bisa
dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko
(1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
1.
Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan penguasaan tanah) di desa
mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan timbal-balik tradisional,
2.
Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung pada juragan di desanya sebagai
pemilik kapal,
3.
Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan yang tergantung pada orang kota
yang menguasai bahan dan pasarnya.
Hal-hal
tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
a.
kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam usaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan
struktural, dimensi struktural perlu dihadapi juga terutama di pedesaan
b.
perlunya pola organisasi institusi masyarakat pedesan yang disesuaikan dengan
keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan
bargaining power, dan perlunya proses Sosial learning yang spesifik dengan
kondisi setempat.
Adam
Malik (1980) mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur masyarakat
Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi di dalamnya
kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan masyarakat yang
menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka kemudian mampu
membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang berorientasi
pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya kemiskinan
struktural.
Pada
hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan ada, dalam
sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah bagaimana lebih
memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial.
Sudjatmoko (1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang semata-mata mengutamakan
pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan struktural. Pola netes ke
bawah memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi, dan prilaku pola mencari nafkah
dari pertanian ke non pertanian, tetapi proses ini akan lamban dan harus
diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan tidak dapat diatasi hanya
dengan membantu golongan miskin saja, tanpa menghadapi dimensi-dimensi
struktural seperti ketergntungan, dan eksploitasi. Permasalahannya adalah
dimensi-dimensi struktural manakah yang mempengarhui secara langsung terjadinya
kemiskinan, bagaimana ketepatan dimensi untuk kondisi sosial budaya setempat.
B. LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan
pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian
masyarakat,sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial.
Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat
besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
JENIS
PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran temtang
realitas kepada objek yang akan diteliti secara objektif. Penelitian ini
menekankan pada dua variabel yakni pengaruh kesenjangan sosial terhadap
perekonomian masyarakat kabupaten pasuruan.
3.2 METODE
PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data meliputi :
3.2.1 WAWANCARA
(INTERVIEW)
Wawancara (interview) adalah tekhnik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan wawancara antar
pengumpul data (pencatat) dengan respon wawancara yang dilakukan langsung
maupun dengan menggunakan pedoman “daftar pernyataan” dan kuesioner.
3.2.2 OBSERVASI
(PENGAMATAN)
Observasi (pengamatan) adalah
metodologi penelitiana dengan cara penenliti terjun langsung kelapangan/tempat
penelitian.
3.2.3 DOKUMENTASI
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
berarti barang barang yang tertulis, maka, metode dokumentasi dapat dikatakan
sebagai tekhnik pengumpulan data dengan cara mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
3.3 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN
3.3.1PENELITIAN INI DILAKUKAN DIKECAMATAN BANGIL
3.3.2 WAKTU YANG DIGUNAKAN PENELITI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN DIMULAI DARI
TANGGAL 22-26 FEBRUARI 2016.
3.4
POPULAI
DAN SAMPEL
3.4.1 POPULASI
Pada penelitian kali ini, peneliti
menggunakan populasi pengunjung alun alun bangil yang terdiri dari POLANTAS,
penjual kaki lima (pkl), tenaga kerja, kelompok geng, dan kelompok bermain.
3.4.2 SAMPEL
Dalam penelitian ini subjek peneliti berupa
sampel yaitu pengunjung alun alun. Peneliti akan menggunakan perwakilan satu
orang bagi setiap golongan yang berkunjung di alun alun bangil.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 TABEL
Berikut tabel hasil penelitian
dengan menggunakan metode wawancara (interview)
4.1.1 DAFTAR
WAWANCARA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELOMPOK BERMAIN
Tabel 4.1.1.2
NO
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Siapa nama anda?
|
Ivanda
|
2
|
Dimana alamat rumah
anda?
|
Desa latek, bangil
|
3
|
Apa tujuan anda
kesini?
|
bermain
|
4
|
Apa mata
pencaharian masyarakat di desa anda?
|
pertanian
|
5
|
Apa status
pendidikan anda dan keluarga?
|
Saya masih kelas IX
SMP sedangkan kakak saya lulusan SMA dan sekarang bekerja di GAZEBO (rumah
makan)
|
6
|
Bagaimana kondisi
lingkungan di keluarga anda?
|
Tercukupi. Dalam
artian kebutuhan masyarakat disini semuanya sama
|
7
|
Status anda saat
ini?
|
Pelajar SMP
|
8
|
Bagaimana peran
orang tua anda dalam menyikapi batas waktu bermain anda?
|
Orang tua tidak
memperhatikan kapan saja saya bisa bermain, tanpa ada larangan dari orang tua
|
9
|
Apakah dilingkungan
tempat tinggal anda masih kental dengan budaya lokal?
|
Iya. Hal ini
terbukti dari segi mata pencaharian warga yang lebih dominan menjadi petani
daripada swasta
|
10
|
Seberapa besar
tinggkat kriminalita yang ada di lingkungan anda?
|
Kriminalitas
dilingkungan saya rata rata dilakukan oleh anak muda yang kurang mendapatkan
pendidikan (tidak sekolah/tamatan tingkat sekolah rendah)
|
11
|
Apakah anda sering
melihat pengemis atau gelandangan di sekitar alun alun bangil? Seberapa
banyak?
|
Iya, tidak menentu.
Antara, 2-5 orang. Paling banyak pada malam hari dan hari libur.
|
12
|
Bagaimana pendidikan
yang berada disekitar rumah anda?
|
Baik, hampir semua
anak bisa menamatkan sekolah jenjang
SMA meskipun ada juga yang sampai SMP,SD,maupun tidak sekolah.
|
13
|
Apakah kebutuhan
keluarga anda tercukupi?
|
Alhamdulillah
tercukupi walaupun banyak tanggungan
|
14
|
Apa harapan anda
untuk kabupaten pasuruan?
|
Kabupaten lebih
bersih dari gembel, pengemis, tunawisma, dan kriminalitas.
|
4.1.2 DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU TUKANG
BECAK DI ALUN – ALUN BANGIL
Tabel
4.1.2.2
No.
|
Daftar
Wawancara
|
Respon
Nrasumber
|
1.
|
Siapa nama anda?
|
Joko (54 tahun)
|
2.
|
Di mana tempat tinggal anda?
|
Rejoso Pasuruan
|
3.
|
Apa profesi anda saat ini?
|
Sebagai tukang becak, kerja sampingan kuli bangunan
|
4.
|
Berapa penghasilan anda setiap hari?
|
Rp 36.000 - Rp 50.000 sedangkan untuk setorannya Rp 5.000
per hari
|
5.
|
Kondisi perekonomian di keluarga anda?
|
Untuk kebutuhan sehari – hari sudah tercukupi. Namun,
untuk membiayai sekolah anak saya masih kekurangan dana karena saya sendiri
di sini merantau
|
6.
|
Apa keinginan bapak saat ini?
|
Ingin berwirausaha
|
7.
|
Status pendidikan bapak ?
|
Tamatan SMP
|
8.
|
Berapa jam bapak bekerja?
|
Bekerja antara jam 06.00 – jam 22.00
|
9.
|
Apakah anda sering melihat ada pengemis di area alun –
alun ?
|
Banyak. Sekitar 5 orang
|
10.
|
Bagaimana tingkat pendidikan yang ada di tempat tinggal
anda?
|
Semuanya dapat bersekolah, akan tetapi tamatan sekolahnya
masih rendah
|
11.
|
Apa alasan anda memilih untuk bekerja di Bangil?
|
Di tempat saya tinggal industrinya sedikit
|
12.
|
Bagaimana keadaan ekonomi di wilayah tempat tinggal anda?
|
Sudah tercukupi, namun ada juga yang belum tercukupi
|
13.
|
Apa mata pencaharian masyarakat di wilayah anda ?
|
Sebagai petani
|
14.
|
Bagaimana pendidikan yang ada di wilayah anda ?
|
Pendidikannya rendah
|
15.
|
Apa harapan anda?
|
Kriminalitas tidak ada, pendidikan di gratiskan bagi
masyarakat yang kurang mampu, dan industri di tambah
|
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan
masih banyaknya kesenjagan sosial di wilayah Pasuruan yaitu banyaknya
kemiskinan, pengangguran, kriminalitas dan gelandangan kemiskinan di wilayah Pasuruan
masih sangat tinggi terbukti, masih banyak gelandangan, pengemis, dan pengamen
pemerintah harus lebih serius dalam menganggani hal tersebut.
Indusrti
mempunyai peranan penting dalam mengatasi pengganguran hal ini terbukti,
masyarakat pasuruan timur banyak yang merantau ke pasuruan barat karena
banyaknya lapangan pekerjaan. Hal itu di sebabkan minimnya lapangan pekerjaan
di pasuruan timur.
Kualitas
pendidian di wilayah pasuruan belum dikatakan maksimal karena banyaknya pelajar
yang berputus sekolah, di karenakan biaya sekolah yang masih mahal akibat dari
mahalnya biaya pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan pernikahan dini khususnya
di wilayah pasuruan timur di bagian pesisir sehingga menimbulkan adanya ledakan
penduduk dan beban kebutuhan yang tinggi
5.2
SARAN
Kesenjangan sosial di wilayah pasuruan semakin tinggi seperti kemiskinan
dan pengangguran yang tinggi hal ini
yang menyebabkan kemiskinan di daerah Pasuruan serta kesenjangan sosial yang
tinggi hal ini harus secepatnya di tanggani oleh pemerintah agar kemiskinan dan
pengangguran menurun serta dapat mensejahterakan rakyat.Solusi untuk menanggani
hal tersebut dengan memaksimalkan pendidikan,membuka lapangan pekerjaan bagi
para penganguran dan mengurangi tindak kriminalitas,dan memberi subsidi pendidikan kepada masyarakat agar biaya sekolah tidak
terlalu mahal Selain
itu, kita juga harus menimalisir KKN dan memberantas korupsi dalam upaya
meningkatan kesejahteraan rakyat
LAMPIRAN-LAMPIRAN













Guru
pembimbing : Bukhori mustofa S, Pd
Nama
anggota kelompok:
1. Usman hadi s
2. Dian wijayanti
3.
Nur aini
MADRASAH
ALIYAH NEGERI BANGIL
Jln Balai Desa Nglanggang No3a Beji pasuruan
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas ke hadirat ALLAH SWT, yang telah senantiasa
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-nya sehingga kita semua dalam keadaan sehat
walafiat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Kami juga panjatkan kehadirat
ALLAHSWT, karena
dengan kerido’an-Nya penelitian yang berjudul “
Kesenjangan sosial pada kehidupan masyarakat di Kabupaten Pasuruan
dapat terselesaikan.
Kami membuat
makalah ini untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru pembimbing
ekstrakulikuler KIR yaitu Bapak Bukhori Mustofa S.Pd.
Penyelesaian makalah ini, kami
banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan oleh data penulisan
kalimat-Nya. Namun, berkat kerjasama yang solid dan kesungguhan dalam
menyelesaikan makalah ini, akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.
Kami menyadari, sebagai
seorang pelajar yang pengetahuannya tidak seberapa yang masih perlu belajar
dalam penulisan makalah, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi, serta berdayaguna di masa yang akan
datang.
Besar harapan, mudah-mudahan
makalah yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat dan maslahat bagi semua
orang.
KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN
MASYARAKAT DI KABUPATEN PASURUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kesenjangan ekonomi adalah terjadinya ketimpangan
dalam distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi
dan kelompok masyarakat berpenghasilanrendah.Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi
merupakan dua masalah besar di negara-negara berkembang.
Kesenjangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada
di tengah-tengah masyarakat dunia ini, dan juga selalu menjadi isu penting
untuk ditinjau.Di negara berkembang masalah kesenjangan telah menjadi
pembahasan utama dalam menetapkan kebijakan sejak tahun tujuh puluhan yang
lalu.Perhatian ini timbul karena adanya kecenderungan bahwa kebijakan
pembangunan yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi telah menimbulkan semakin
tingginya tingkat kesenjangan yang terjadi.
Dari hasil penelitian ini telah mengembangkan anggapan
yang menyatakan bahwa antara pertumbuhan ekonomi yang pesat dan pembagian pendapatan
terdapat suatu trade-off, dimana pertumbuhan ekonomi yang pesat akan membawa
konsekuensi meningkatnya ketimpangan pembangunan dan hasil-hasilnya. Sebaliknya
pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang cukup baik akan dicapai dengan
pertumbuhan ekonomi yang relatif lambat atau diturunkan.
Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat
dipisahkan dari permasalahan kemiskinan, biasanya terjadi pada negara miskin
dan berkembang.Kemiskinan itu terjadi karena satu keadaan di mana seseorang itu
kekurangan bahan-bahan keperluan hidup.Dalam masyarakat modren, kemisikinan
biasanya disamai dengan masalah kekurangan uang.
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, maka peneliti malakukan
penelitian dengan judul “ KESENJANGAN SOSIAL PADA KEHIDUPAN MASYARAKAT DI
KABUPATEN PASURUAN”
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat
di kabupaten Pasuruan?
2. Upaya apa saja yang di lakukan dalam pembinaan dan perhatian
pemerintah ?
3. Apakah peranaan masyarakat disekitar ?
4. Bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi
ekonomi di kabupaten Pasuruan?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk
mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di
kabupaten Pasuruan
2.
Untuk
mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.
Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di
kabupaten Pasuruan
1.4 MANFAAT PENULISAN
1.
Dapat
mengetahui seberapa besar peranan pemerintah terhadap kehidupan masyarakat di
kabupaten Pasuruan
2.
Dapat
mengetahui apakah peranaan masyarakat sekitar
3.
Dapat
mengetahui bagaimana pengaruh kesenjangan sosial terhadap kondisi ekonomi di
kabupaten Pasuruan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan
sosial adalah suatu keadaan ketidak seimbangan sosial yang ada di masyarakat
yang menjadikan suatu perbedaan yang sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan
sosial sangatlah mencolok dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun
bisa terjadi. Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedaan dalam aspek
apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampak dari hal
ini,memang benar kalau dikatakan bahwa “ Yang kaya makin kaya,yang miskin makin
miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama ini dikarenakan adanya
kesenjangna yang terlalu mencolok antara yang “kaya” dan yang “miskin”. Banyak
orang kaya yang memandang rendah kepada golongan bawah,apalagi jika ia miskin
dan juga kotor, jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.
Menurut Robert Chambers bahwa inti
kemiskinan terletak pada kondisi yang disebut deprivation trap atau perangkap
kemiskinan. Perangkap itu terdiri dari :
1. Kemiskinan
itu sendiri
2. Kelemahan
fisik
3. Keterasingan
atau kadar isolasi
4.
Kerentaan
5.
Ketidak berdayaan
FAKTOR
- FAKTOR KESENJANGAN SOSIAL
Kesenjangan sosial yang terjadi
di Indonesia diakibat beberapa hal yaitu :
a. Kemiskinan
Menurut Lewis (1983), budaya kemiskinan dapat terwujud dalam berbagai konteks
sejarah, namun lebih cendrung untuk tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat
yang memiliki seperangkat kondisi:
1. Sistem
ekonomi uang, buruh upahan dan sistem produksi untuk keuntungan
2. tetap
tingginya tingkat pengangguran dan setengah pengangguran bagi tenaga tak
terampil
3.rendahnya upah buruh
4. tidak berhasilnya
golongan berpenghasilan rendah meningkatkan organisiasi sosial, ekonomi dan
politiknya secara sukarela maupun atas prakarsa pemerintah
5. sistem keluarga bilateral lebih
menonjol daripada sistem unilateral, dan
6.
kuatnya seperangkat nilai-nilai pada kelas yang berkuasa yang menekankan
penumpukan harta kekayaan dan adanya kemungkinan mobilitas vertical, dan sikap
hemat, serta adanya anggapan bahwa rendahnya status ekonomi sebagai hasil
ketidak sanggupan pribadi atau memang pada dasarnya sudah rendah kedudukannya.
Berkaitan dengan budaya sebagai fungsi adaptasi, maka suatu
usaha yang sungguh-sungguh untuk mengubah nilai-nilai yang tidak diinginkan ini
menuju ke arah yang sesuai dengan nilai-nilai golongan kelas menengah, dengan
menggunakan metode-metodre psikiatri kesejahteraan sosial-pendidikan tanpa
lebih dahulu (ataupun secara bersamaan) berusaha untuk secara berarti mengubah
kenyataan kenyataan struktur sosial (pendapatan, pekerjaan, perumahan, dan
pola-pola kebudayaan membatasi lingkup partisipasi sosial dan peyaluran
kekuatan sosial) akan cendrung gagal. Budaya kemiskinan bukannya berasal dari
kebodohan, melainkan justru berfungsi bagi penyesuaian diri.
Kemiskinan struktural menurut Selo Sumarjan (1980) adalah
kemiskinan yang diderita oleh suatu golongan masyarakat karena struktur sosial
masyarakat itu tidak dapat ikut menggunakan sumber pendapatan yang sebenarnya
tersedia bagi mereka. Kemiskinan strukturl adalah suasana kemiskinan yang
dialami oleh suatu masyarakat yang penyebab utamanya bersumber pada struktur
sosial, dan oleh karena itu dapat dicari pada struktur sosial yang berlaku
dalam masyarakat itu sendiri. Golongan kaum miskin ini terdiri dari :
1.
Para petani yang tidak memiliki tanah sendiri,
2.
Petani yang tanah miliknya begitu kecil sehingga hasilnya tidak cukup untuk
memberi makan kepada dirinya sendiri dan keluargamnya,
3.
Kaum buruh yang tidak terpelajar dan tidak terlatih (unskilled labourerds), dan
4.
Para pengusaha tanpa modal dan tanpa fasilitas dari pemerintah (golongan
ekonomi lemah).
Kemiskinan
struktural tidak sekedar terwujud dengan kekurangan sandang dan pangan saja,
kemiskinan juga meliputi kekurangan fasilitas pemukiman yang sehat, kekurangan
pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunia sekitarnya, sosial yang mantap.
Beberapa
ciri kemiskinan struktural, menurut Alpian (1980) adalah :
1.
Tidak ada atau lambannya mobilitas sosial (yang miskin akan tetap hidup dengan
kemelaratanya dan yang kaya akan tetap menikmati kemewahannya),
2.
mereka terletak dalam kungkungan struktur sosial yang menyebabkan mereka
kekurangan hasrat untuk meningkatkan taraf hidupnya,
3.
Struktur sosial yang berlaku telah melahirkan berbagai corak rintangan yang
menghalangi mereka untuk maju. Pemecahan permasalahan kemiskinan akan bisa
dilakukan bilamana struktur sosial yang berlaku itu dirubah secara mendasar.
Soedjatmoko
(1984) memberikan contoh kemiskinan structural :
1.
Pola stratifikasi (seperti dasar pemilikan dan penguasaan tanah) di desa
mengurangi atau merusak pola kerukukan dan ikatan timbal-balik tradisional,
2.
Struktur desa nelayan, yang sangat tergantung pada juragan di desanya sebagai
pemilik kapal,
3.
Golongan pengrajin di kota kecil atau pedesaan yang tergantung pada orang kota
yang menguasai bahan dan pasarnya.
Hal-hal
tersebut memiliki implikasi tentang kemiskinan structural :
a.
kebijakan ekonomi saja tidak mencukupi dalam usaha mengatasi ketimpangan-ketimpangan
struktural, dimensi struktural perlu dihadapi juga terutama di pedesaan
b.
perlunya pola organisasi institusi masyarakat pedesan yang disesuaikan dengan
keperluannya, sebaga sarana untuk mengurangi ketimpangan dan meningkatkan
bargaining power, dan perlunya proses Sosial learning yang spesifik dengan
kondisi setempat.
Adam
Malik (1980) mengemukakan bahwa untuk mencari jalan agar struktur masyarakat
Indonesia dapat diubah sedemikian rupa sehingga tidak terdapat lagi di dalamnya
kemelaratan structural. Bantuan yang terpenting bagi golongan masyarakat yang
menderita kemiskinan struktural adalah bantuan agar mereka kemudian mampu
membantu dirinya sendiri. Bagaimanapun kegiatan pembangunan yang berorientasi
pertumbuhan maupun pemerataan tidak dapat mengihilangkan adanya kemiskinan
struktural.
Pada
hakekatnya perbedaan antara si kaya dengan si miskin tetap akan ada, dalam
sistem sosial ekonomi manapun. Yang lebih diperlukan adalah bagaimana lebih
memperkecil kesenjangan sehingga lebih mendekati perasaan keadilan sosial.
Sudjatmoko (1984) berpendapat bahwa, pembangunan yang semata-mata mengutamakan
pertumbuhan ekonomi akan melanggengkan ketimpangan struktural. Pola netes ke
bawah memungkinkan berkembangnya perbedaan ekonomi, dan prilaku pola mencari nafkah
dari pertanian ke non pertanian, tetapi proses ini akan lamban dan harus
diikuti dengan pertumbuhan yang tinggi. Kemiskinan tidak dapat diatasi hanya
dengan membantu golongan miskin saja, tanpa menghadapi dimensi-dimensi
struktural seperti ketergntungan, dan eksploitasi. Permasalahannya adalah
dimensi-dimensi struktural manakah yang mempengarhui secara langsung terjadinya
kemiskinan, bagaimana ketepatan dimensi untuk kondisi sosial budaya setempat.
B. LAPANGAN PEKERJAAN
Lapangan
pekerjaan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam perekonomian
masyarakat,sedangan perekonomian menjadi fartor terjadinya kesenjangan sosial.
Sempitnya lapangan pekerjaan di Indonesia menjadikan pengangguran yang sangat
besar di Indonesia dan merupakan pekerjaan bagi pemerintah saat ini.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
JENIS
PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian
deskriptif yakni penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran temtang
realitas kepada objek yang akan diteliti secara objektif. Penelitian ini
menekankan pada dua variabel yakni pengaruh kesenjangan sosial terhadap
perekonomian masyarakat kabupaten pasuruan.
3.2 METODE
PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data meliputi :
3.2.1 WAWANCARA
(INTERVIEW)
Wawancara (interview) adalah tekhnik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan wawancara antar
pengumpul data (pencatat) dengan respon wawancara yang dilakukan langsung
maupun dengan menggunakan pedoman “daftar pernyataan” dan kuesioner.
3.2.2 OBSERVASI
(PENGAMATAN)
Observasi (pengamatan) adalah
metodologi penelitiana dengan cara penenliti terjun langsung kelapangan/tempat
penelitian.
3.2.3 DOKUMENTASI
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang
berarti barang barang yang tertulis, maka, metode dokumentasi dapat dikatakan
sebagai tekhnik pengumpulan data dengan cara mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
3.3 LOKASI DAN WAKTU PELAKSANAAN
3.3.1PENELITIAN INI DILAKUKAN DIKECAMATAN BANGIL
3.3.2 WAKTU YANG DIGUNAKAN PENELITI UNTUK MELAKUKAN PENELITIAN DIMULAI DARI
TANGGAL 22-26 FEBRUARI 2016.
3.4
POPULAI
DAN SAMPEL
3.4.1 POPULASI
Pada penelitian kali ini, peneliti
menggunakan populasi pengunjung alun alun bangil yang terdiri dari POLANTAS,
penjual kaki lima (pkl), tenaga kerja, kelompok geng, dan kelompok bermain.
3.4.2 SAMPEL
Dalam penelitian ini subjek peneliti berupa
sampel yaitu pengunjung alun alun. Peneliti akan menggunakan perwakilan satu
orang bagi setiap golongan yang berkunjung di alun alun bangil.
BAB IV
ANALISIS DATA
4.1 TABEL
Berikut tabel hasil penelitian
dengan menggunakan metode wawancara (interview)
4.1.1 DAFTAR
WAWANCARA DENGAN SALAH SATU ANGGOTA KELOMPOK BERMAIN
Tabel 4.1.1.2
NO
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
|
Siapa nama anda?
|
Ivanda
|
2
|
Dimana alamat rumah
anda?
|
Desa latek, bangil
|
3
|
Apa tujuan anda
kesini?
|
bermain
|
4
|
Apa mata
pencaharian masyarakat di desa anda?
|
pertanian
|
5
|
Apa status
pendidikan anda dan keluarga?
|
Saya masih kelas IX
SMP sedangkan kakak saya lulusan SMA dan sekarang bekerja di GAZEBO (rumah
makan)
|
6
|
Bagaimana kondisi
lingkungan di keluarga anda?
|
Tercukupi. Dalam
artian kebutuhan masyarakat disini semuanya sama
|
7
|
Status anda saat
ini?
|
Pelajar SMP
|
8
|
Bagaimana peran
orang tua anda dalam menyikapi batas waktu bermain anda?
|
Orang tua tidak
memperhatikan kapan saja saya bisa bermain, tanpa ada larangan dari orang tua
|
9
|
Apakah dilingkungan
tempat tinggal anda masih kental dengan budaya lokal?
|
Iya. Hal ini
terbukti dari segi mata pencaharian warga yang lebih dominan menjadi petani
daripada swasta
|
10
|
Seberapa besar
tinggkat kriminalita yang ada di lingkungan anda?
|
Kriminalitas
dilingkungan saya rata rata dilakukan oleh anak muda yang kurang mendapatkan
pendidikan (tidak sekolah/tamatan tingkat sekolah rendah)
|
11
|
Apakah anda sering
melihat pengemis atau gelandangan di sekitar alun alun bangil? Seberapa
banyak?
|
Iya, tidak menentu.
Antara, 2-5 orang. Paling banyak pada malam hari dan hari libur.
|
12
|
Bagaimana pendidikan
yang berada disekitar rumah anda?
|
Baik, hampir semua
anak bisa menamatkan sekolah jenjang
SMA meskipun ada juga yang sampai SMP,SD,maupun tidak sekolah.
|
13
|
Apakah kebutuhan
keluarga anda tercukupi?
|
Alhamdulillah
tercukupi walaupun banyak tanggungan
|
14
|
Apa harapan anda
untuk kabupaten pasuruan?
|
Kabupaten lebih
bersih dari gembel, pengemis, tunawisma, dan kriminalitas.
|
4.1.2 DAFTAR WAWANCARA DENGAN SALAH SATU TUKANG
BECAK DI ALUN – ALUN BANGIL
Tabel
4.1.2.2
No.
|
Daftar
Wawancara
|
Respon
Nrasumber
|
1.
|
Siapa nama anda?
|
Joko (54 tahun)
|
2.
|
Di mana tempat tinggal anda?
|
Rejoso Pasuruan
|
3.
|
Apa profesi anda saat ini?
|
Sebagai tukang becak, kerja sampingan kuli bangunan
|
4.
|
Berapa penghasilan anda setiap hari?
|
Rp 36.000 - Rp 50.000 sedangkan untuk setorannya Rp 5.000
per hari
|
5.
|
Kondisi perekonomian di keluarga anda?
|
Untuk kebutuhan sehari – hari sudah tercukupi. Namun,
untuk membiayai sekolah anak saya masih kekurangan dana karena saya sendiri
di sini merantau
|
6.
|
Apa keinginan bapak saat ini?
|
Ingin berwirausaha
|
7.
|
Status pendidikan bapak ?
|
Tamatan SMP
|
8.
|
Berapa jam bapak bekerja?
|
Bekerja antara jam 06.00 – jam 22.00
|
9.
|
Apakah anda sering melihat ada pengemis di area alun –
alun ?
|
Banyak. Sekitar 5 orang
|
10.
|
Bagaimana tingkat pendidikan yang ada di tempat tinggal
anda?
|
Semuanya dapat bersekolah, akan tetapi tamatan sekolahnya
masih rendah
|
11.
|
Apa alasan anda memilih untuk bekerja di Bangil?
|
Di tempat saya tinggal industrinya sedikit
|
12.
|
Bagaimana keadaan ekonomi di wilayah tempat tinggal anda?
|
Sudah tercukupi, namun ada juga yang belum tercukupi
|
13.
|
Apa mata pencaharian masyarakat di wilayah anda ?
|
Sebagai petani
|
14.
|
Bagaimana pendidikan yang ada di wilayah anda ?
|
Pendidikannya rendah
|
15.
|
Apa harapan anda?
|
Kriminalitas tidak ada, pendidikan di gratiskan bagi
masyarakat yang kurang mampu, dan industri di tambah
|
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan
masih banyaknya kesenjagan sosial di wilayah Pasuruan yaitu banyaknya
kemiskinan, pengangguran, kriminalitas dan gelandangan kemiskinan di wilayah Pasuruan
masih sangat tinggi terbukti, masih banyak gelandangan, pengemis, dan pengamen
pemerintah harus lebih serius dalam menganggani hal tersebut.
Indusrti
mempunyai peranan penting dalam mengatasi pengganguran hal ini terbukti,
masyarakat pasuruan timur banyak yang merantau ke pasuruan barat karena
banyaknya lapangan pekerjaan. Hal itu di sebabkan minimnya lapangan pekerjaan
di pasuruan timur.
Kualitas
pendidian di wilayah pasuruan belum dikatakan maksimal karena banyaknya pelajar
yang berputus sekolah, di karenakan biaya sekolah yang masih mahal akibat dari
mahalnya biaya pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan pernikahan dini khususnya
di wilayah pasuruan timur di bagian pesisir sehingga menimbulkan adanya ledakan
penduduk dan beban kebutuhan yang tinggi
5.2
SARAN
Kesenjangan sosial di wilayah pasuruan semakin tinggi seperti kemiskinan
dan pengangguran yang tinggi hal ini
yang menyebabkan kemiskinan di daerah Pasuruan serta kesenjangan sosial yang
tinggi hal ini harus secepatnya di tanggani oleh pemerintah agar kemiskinan dan
pengangguran menurun serta dapat mensejahterakan rakyat.Solusi untuk menanggani
hal tersebut dengan memaksimalkan pendidikan,membuka lapangan pekerjaan bagi
para penganguran dan mengurangi tindak kriminalitas,dan memberi subsidi pendidikan kepada masyarakat agar biaya sekolah tidak
terlalu mahal Selain
itu, kita juga harus menimalisir KKN dan memberantas korupsi dalam upaya
meningkatan kesejahteraan rakyat
LAMPIRAN-LAMPIRAN












Comments
Post a Comment